Julio Valdivia, seorang jurnalis ditemukan tewas di Meksiko pada Jumat (11/9). Kematian Valdivia menambah catatan panjang bagi Meksiko sebagai salah satu negara paling mematikan bagi jurnalis.
Valdivia meninggalkan seorang istri dan empat anak, anak yang terkecil berusia empat tahun.
"Saya dikejutkan oleh kebrutalan pembunuhan Julio Valdivia, bahkan di negara di mana kekerasan terhadap pers terus meningkat, bahkan ketika sebagian negara itu ditutup karena pandemi Covid-19," ujar Perwakilan Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) Meskiko, Jan-Albert Hootsen, kepada CNN.
Hootsen mengatakan pihak berwenang Meksiko ikut bertanggung jawab karena gagal menghentikan kejahatan semacam itu.
"Otoritas Meksiko, baik negara bagian maupun federal, telah menunjukkan diri bahwa mereka tidak mampu menyelidiki kejahatan terhadap pers dengan benar. Siklus kekerasan dan impunitas terus mendorong siapa pun ingin menyerang pers untuk melakukannya tanpa takut ditangkap, dituntut, dan dihukum," ungkapnya.
Pada Kamis, (10/9), Presiden Meksiko, Andrés Manuel López Obrador, mengatakan itu adalah "tugas" dan "kewajiban" pemerintah untuk menyelidiki kematian Valdivia.
Sebelumnya pada April lalu, Kepala Jurnalis, Victor Fernando Álvarez Chavez, ditemukan tewas dipenggal di negara bagian Guerrero.
Kemudian pada 2019, CPJ melaporkan sebanyak sebelas jurnalis tewas di Meksiko, ini menjadi angka tertinggi di seluruh dunia karena melampaui Suriah yang merupakan negara perang. Di Suriah, dilaporkan tujuh jurnalis dibunuh pada 2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kejahatan dengan melibatkan kekerasan di Meksiko meningkat dalam beberapa tahun terakhir, bersamaan dengan budaya impunitas. Menurut data pemerintah, pada 2018, 93 persen dari semua kejahatan itu tidak terpecahkan.
Tahun lalu, Meksiko mencatat lebih dari 35 ribu pembunuhan, rekor ini melampaui angka tertinggi sebelumnya yakni 33.341 pembunuhan di 2018. Banyak pembunuhan terkait dengan kekerasan kartel narkoba.
Menurut lembaga nirlaba Reporter Tanpa Batas (RSF), hubungan antara pejabat lokal dan geng juga menambah budaya impunitas yang membuat pelaporan menjadi sangat berisiko.
"Kolusi antara pejabat dan kejahatan terorganisir merupakan ancaman besar bagi keselamatan jurnalis dan melumpuhkan sistem peradilan di semua tingkatan," kata kelompok itu di situs web mereka.
"Akibatnya, Meksiko tenggelam lebih dalam ke spiral kekerasan dan impunitas dan terus menjadi negara paling berbahaya di Amerika Latin bagi wartawan," tambah kelompok itu.
(ans/evn)