Taiwan Bantah Sebar Mata-mata untuk Buat Gejolak di China

CNN Indonesia
Rabu, 14 Okt 2020 01:31 WIB
Taiwan membantah tuduhan mengirim jaringan mata-mata untuk mengintai dan membuat pergolakan di China.
Ilustrasi. Taiwan membantah tuduhan mengirim jaringan mata-mata untuk mengintai dan membuat pergolakan di China. (iStockphoto/Oleksii Liskonih)
Jakarta, CNN Indonesia --

Taiwan membantah tuduhan mengirim jaringan mata-mata untuk mengintai China, dan menyatakan tudingan itu sebagai upaya untuk mencoreng pemerintahan mereka.

Perdana Menteri Taiwan, Su Tseng-chang, menyebut tuduhan itu sebagai upaya Beijing untuk "mencemarkan nama baik dan menciptakan ketakutan". Sementara Kepala Urusan Eropa Kementerian Luar Negeri Taiwan, Johnson Chiang, menyebut tuduhan itu sebagai fitnah murni.

Chiang mengatakan secara faktual, laporan itu tidak benar dan telah "melanggar hak asasi manusia", seperti dilansir Associated Press, Selasa (13/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan tersebut menyusul laporan yang dirilis oleh stasiun televisi China, CCTV, pada Senin (12/10) yang menampilkan rekaman pengakuan dari seorang pria yang diidentifikasi sebagai Cheng Yu-chin.

Dalam laporannya pada Senin malam waktu setempat, CCTV menyatakan Cheng ditahan oleh badan keamanan negara China. Dia dituduh menggunakan jabatan akademisnya di Republik Ceko sebagai kedok untuk mengumpulkan informasi intelijen, merekrut personel, dan menabur perselisihan antara China dengan negara-negara Eropa lainnya.

Sebelumnya pada Minggu pekan lalu, CCTV juga menyiarkan pengakuan seorang pria yang diidentifikasi sebagai Li Mengju. Sama halnya dengan Cheng, Li mengatakan dia mempunyai misi untuk membuat gejolak di China dan merusak reputasi Partai Komunis China.

Sementara itu, dalam pertemuan mingguan, Johnson Chiang menuturkan kepada jurnalis bahwa setiap perselisihan dalam hubungan China dan Ceko adalah hasil dari diplomasi agresif dan intimidasi China.

Dalam laporan yang sama, CCTV mengatakan aparat keamanan China berhasil membongkar lebih dari seratus aksi mata-mata dalam kegiatan kontra intelijen yang dinamakan Operasi Guntur 2020.

Dilansir Associated Press, laporan itu muncul di tengah meningkatnya pertikaian diplomatik dan militer China terhadap Taiwan. China terus memaksa pemerintahan Presiden Tsai Ing-wen untuk mengakui klaim Beijing atas Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.

Meski kedua belah pihak memiliki hubungan budaya dan ekonomi yang kuat, tapi mayoritas warga Taiwan menolak gagasan penyatuan politik dengan China.

(ans/ayp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER