Warga di berbagai kota di Italia mengajukan protes rencana pemberlakuan penguncian wilayah (lockdown) untuk mencegah penularan virus corona. Pemerintah Italia berencana memberlakukan lockdown mulai Kamis (5/11) hingga Desember.
Presiden Lombardy, Attilio Fontana mengatakan jika pemberlakuan lockdown sebagai sebuah tamparan keras bagi bisnis dan kehidupan warga.
"Itu [lockdown] merupakan tamparan bagi wajah Lombardy," kata Fontana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang penata rambut di Milan, Francesco Puccio turut mengungkapkan kekesalannya. Ia mengatakan aturan itu membuat jalanan sepi, para pelanggan takut datang ke tempatnya.
"Minggu lalu saya hanya memiliki dua pelanggan per hari, kadang-kadang bahkan hanya satu, jadi tidak ada keuntungan nyata bagi saya untuk tetap buka. Tidak ada orang keluar dan ada lagi, kantor kosong," katanya.
Mengutip AFP, Lombardy dan Milan termasuk dalam daftar zona merah, daerah yang berisiko tinggi menularkan virus corona.
Sementara Piedmont & Val d'Aosta dan Calabria masuk dalam skema kode warna baru yang dibuat oleh Otoritas Roma.
Seorang supir bus, Fabrizio Duo mengatakan ketakutan juga menimpa pengguna transportasi umum, terutama bagi mereka yang berada di zona merah.
Beberapa wilayah di Italia telah merasakan dampak pemberlakuan lockdown, kendati aturan tersebut baru berlaku mulai Kamis.
Di Scala, gedung-gedung opera bergengsi terpaksa membatalkan semua acaranya hingga bulan depan.
Daerah yang masuk dalam kategori berisiko sedang atau oranye, seperti Puglia dan Sisilia tidak menghadapi pembatasan ketat.
Wilayah yang masuk dalam klasifikasi berwarna kuning hanya akan menerapkan jam malam mulai Jumat (6/11).
Italia utara yang menjadi daerah tempat bermukimnya orang kaya terpukul paling parah ketika diberlakukan lockdown pertama pada Maret lalu.
(ndn/evn)