Teka-teki Bungkamnya Rusia dan China atas Kemenangan Biden

CNN Indonesia
Rabu, 11 Nov 2020 19:48 WIB
Ucapan selamat mengalir untuk presiden AS terpilih, Joe Biden dan wakilnya Kamala Harris dari para pemimpin dunia. Tapi belum semua memberikan ucapan tersebut.
Presiden Amerika Serikat terpilih Joe Biden. (AP/Andrew Harnik)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ucapan selamat mengalir untuk presiden Amerika Serikat terpilih, Joe Biden dan wakil presiden terpilih, Kamala Harris dari para pemimpin dunia.

Tapi belum semua memberikan ucapan tersebut.


Beberapa di antaranya adalah para pemimpin otoriter yang disukai Presiden Donald Trump selama empat tahun kepemimpinannya. Ketertarikan Trump terhadap pemimpin otoriter hanyalah satu dari sedikit kekacauan yang ditimbulkan selama dia menjabat di Gedung Putih.
 
Dilansir CNN, beberapa para pemimpin dunia yang dekat dengan Trump diam-diam mengantisipasi hubungan dengan pemerintahan AS yang baru.
 
Presiden Rusia Vladimir Putin
 
Pada 2016, Kremlin memberi selamat kepada Trump beberapa jam setelah pemenang pilpres diketahui. Tapi di pilpres tahun ini, Putin belum menyampaikan pesan serupa kepada Biden.
 
Pada Senin (9/11), juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan Moskow akan menunggu hasil resmi pilpres sebelum memberi selamat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penanganan Covid-19 Rusia Lebih Baik dari AS, Kata PutinPresiden Rusia Vladimir Putin. AFP

 
Trump dalam masa kepresidenannya telah melanggar kebijakan AS lewat pujian yang ia lontarkan berulang-ulang kepada Putin, itu mengundang kecurigaan atas kemungkinan hubungan tim kampanyenya dengan campur tangan Rusia dalam pilpres 2016 lalu.
 
Tapi sepertinya hubungan baik antara Rusia dan AS tidak akan berlangsung nyaman, mengingat Biden berjanji menindak campur tangan asing "sebagai tindakan permusuhan".
 


"Biden akan bekerja keras dengan mitra dan sekutu untuk menghambat apa pun yang direncanakan Rusia, apakah itu mencoba membunuh warga Rusia di luar negeri, atau membunuh pemimpin oposisi mereka sendiri seperti dugaan yang menimpa (Alexei) Navalny di Siberia, atau aktivitas di Suriah, Krimea, dan lain-lain," kata Direktur Jenderal Royal United Services Institute, Karin von Hippel.
 
"Jadi saya pikir dia (Putin) tahu bahwa akan ada lebih banyak upaya untuk mencoba menahan Rusia," ujarnya.
 
Pada akhir Oktober dalam wawancara dengan 60 Minutes di CBS, Biden menyebut Rusia sebagai "ancaman utama" bagi keamanan nasional AS.

Komentar itu lantas langsung ditanggapi oleh Peskov yang mengatakan bahwa Rusia tidak setuju dengan pernyataan Biden. Menurut dia retorika semacam itu telah memperkuat "kebencian terhadap Rusia".
 
Presiden China Xi Jinping
 
Meski Trump kerap melontarkan retorika kasar terhadap China, tapi setidaknya ia tetap mendapat ucapan selamat dari Presiden Xi Jinping saat memenangkan pilpres 2016.

Bahkan, Xi menyerukan hubungan China-AS yang "sehat dan stabil" untuk bergerak maju.
 
Tapi tahun ini hubungan antara keduanya semakin memburuk di tengah perpecahan atas perdagangan, teknologi, hak asasi manusia, tuduhan ekspansionisme China, dan sebagian besar tuduhan Trump atas pandemi Covid-19.
 

China's President Xi Jinping speaks upon his arrival at Macau's international airport in Macau on December 18, 2019, ahead of celebrations for the 20th anniversary of the handover from Portugal to China. Chinese president Xi Jinping landed in Macau on December 18 as the city prepares to mark 20 years since the former Portuguese colony was returned, a celebration. (ANTHONY WALLACE / AFP)Presiden China Xi Jinping. ANTHONY WALLACE / AFP


Kendati hubungannya dengan Trump telah memburuk, Xi belum juga menyambut kemenangan Biden. Pada Senin (9/11), pemerintah China menghindari pertanyaan mengenai kapan akan memberi selamat kepada Biden.

Juru bicara Kemlu China hanya mengatakan bahwa pihaknya akan bertindak "sesuai dengan praktik internasional".
 
Beijing mungkin merasa tidak berkewajiban untuk berkompromi dengan AS di bawah pemerintahan baru.
 
"Meskipun Biden akan bersikap keras terhadap China, dan akan bekerja dengan mitra dan sekutu untuk memiliki kebijakan China yang terpadu, platformnya mengatakan kami akan bekerja dengan China di area yang memiliki kepentingan bersama, apakah itu perubahan iklim atau Korea Utara," kata von Hippel.
 
Presiden Brasil Jair Bolsonaro
 
Bolsonaro yang serupa dengan Trump karena meremehkan pandemi virus corona, turut bungkam atas kekalahan Trump.
 
Dia beserta anak-anaknya yang juga memainkan peran aktif dalam politik, berharap Trump dapat terpilih kembali. Salah seorang anaknya, Eduardo Bolsonaro bahkan mengenakan topi bertuliskan "Trump 2020" dalam perjalanannya ke Washington atas utusan ayahnya.
 
Dia pun ikut-ikutan mempertanyakan perolehan suara Biden dan integritas pilpres AS melalui Twitter pada pekan lalu.
 

FILE - In this April 9, 2019 file photo, Brazil's President Jair Bolsonaro speaks during a swearing-in ceremony at the Planalto Presidential Palace, in Brasilia, Brazil. Bolsonaro’s latest education minister offered his resignation Tuesday, June 30, 2020, just days after his appointment, creating a new headache for the embattled leader as he struggles to start a new chapter at the ministry and shore up flagging support. (AP Photo/Eraldo Peres, File)Presiden Brasil Jair Bolsonaro. (AP/Eraldo Peres)


Seperti halnya Trump, Bolsonaro menjalankan polarisasi yang memicu kontroversi dengan membuat sejumlah pernyataan misoginis, rasis, dan homofobik.

Dia berulang kali meremehkan Covid-19 meskipun Brasil menjadi salah satu wabah virus corona paling mematikan di dunia.
 
Dengan kalahnya Trump, Bolsonaro kehilangan sekutu diplomatik dan mendapati dirinya harus menghadapi Presiden AS yang berfokus pada HAM dan lingkungan.
 
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador
 
Obrador termasuk salah satu pemimpin dunia yang membuat pernyataan dengan hati-hati terkait pilpres AS, di mana ia tidak menyebut Biden sebagai pemenang.

Dia justru mengatakan dirinya perlu menunggu hingga gugatan hukum Trump atas penghitungan suara telah diselesaikan.
 

Mexico's presidential candidate Andres Manuel Lopez Obrador for the Presiden Brasil Jair Bolsonaro. AFP PHOTO / RONALDO SCHEMIDT


"Kami akan menunggu semua masalah hukum diselesaikan. Kami tidak ingin bertindak enteng. Kami ingin menghormati penentuan nasib rakyat dan hak-hak mereka," kata Obrador dalam pernyataan yang disiarkan televisi pemerintah, Sabtu (7/11).
 
Obrador telah menjalin hubungan dekat dengan Presiden AS selama beberapa tahun terakhir, bahkan ketika ia harus menghadapi perundungan ekonomi dan retorika rasis dari Trump. Dua pemimpin tersebut sempat bertemu pada Juli untuk merayakan implementasi kesepakatan perdagangan Perjanjian AS-Meksiko-Kanada.
 


Keengganan Obrador memberi selamat kepada Biden mungkin disebabkan oleh persahabatan itu. Langkah itu juga bisa diartikan sebagai kelanjutan dari tradisi politik luar negeri yang aktif menghindari mengomentari urusan negara lain.
 
"Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan kedua kandidat. Presiden Trump sangat menghormati kami dan kami telah mencapai kesepakatan yang baik. Kami berterima kasih padanya karena dia tidak ikut campur dan dia menghormati kami. Sama halnya dengan capres Biden. Saya telah mengenalnya selama lebih dari sepuluh tahun," kata Obrador.

(ans/dea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER