Kongres Peru memutuskan pada Senin (16/11) memilih Francisco Sagasti, mantan pejabat Bank Dunia berusia 76 tahun sebagai presiden. Sagasti terpilih saat negara di Amerika Selatan ini mengalami krisis politik, dia adalah presiden ketiga dalam sepekan.
Sagasti menggantikan Manuel Merino yang resmi menjadi Presiden Peru pada 10 November. Merino naik menjadi orang nomor satu setelah parlemen memakzulkan pendahulunya Martin Vizcarra yang menjabat sejak 23 Maret 2018 hingga 10 November.
Tekanan pada Merino meningkat usai terpilih sebagai presiden yang ditandai aksi protes berujung bentrokan dan telah menewaskan setidaknya dua orang. Merino kemudian mengundurkan diri pada 15 November, setelah hanya lima hari menjabat presiden.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sagasti terpilih sebagai Presiden Peru setelah kongres digelar untuk kedua kalinya, dia mendapatkan 60 suara minimum untuk menentukan pemilihan. Kongres pertama yang digelar pada Minggu (15/11) gagal usai Rocio Silva Santisteban hanya mendapatkan 60 suara seperti diberitakan AFP.
Pemakzulan Vizcarra
Parlemen Peru sepakat memakzulkan Vizcarra dengan alasan gagal menangani pandemi Covid-19 dan dugaan korupsi yang belum terbukti. Parlemen menggunakan klausul Undang-Undang dari abad ke-19 yang menyatakan presiden memiliki 'ketidakmampuan moral permanen'.
Dari hasil voting, 105 anggota parlemen memilih memberhentikan Vizcarra padahal hanya butuh 87 suara atau dua pertiga dari pemilihan untuk memakzulkan presiden.
Vizcarra tidak populer di kalangan kongres, namun dinilai sangat dikenal masyarakat. Sejak turun jabatan warga Peru yang geram melakukan unjuk rasa dan menuding Kongres melakukan kudeta.
(fea)