Iran Produksi Logam Uranium, Berpotensi Langgar Pakta Nuklir

CNN Indonesia
Kamis, 11 Feb 2021 16:19 WIB
Badan Energi Atom Dunia (IAEA) menyatakan Iran memulai produksi logam uranium dan berpotensi melanggar pakta nuklir 2015.
Presiden Iran, Hassan Rouhani, mengunjungi pembangkit listrik tenaga nuklir di kota Bushehr. (AP Photo/Iranian Presidency Office, Mohammad Berno)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Energi Atom Dunia (IAEA) menyatakan Iran memulai produksi logam uranium dan berpotensi kembali melanggar pakta pembatasan program nuklir yang diteken pada 2015.

"Direktur Jenderal Rafael Mariani hari ini menyampaikan kabar kepada negara anggota IAEA tentang perkembangan terbaru mengenai program penelitian dan pengembangan produksi logam uranium untuk dijadikan bahan bakar bagi Reaktor Penelitian Teheran," demikian isi pernyataan IAEA, seperti dilansir Reuters, Kamis (11/2).

Dalam laporan itu disebutkan Iran bakal membuat logam uranium dari bahan mentah, dan kemudian akan diperkaya hingga 20 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"IAEA pada 8 Februari memverifikasi ada 3.8 gram logam uranium di Pabrik Pembuatan Logam Bahan Bakar di Esfahan," lanjut pernyataan IAEA.

Inggris, Jerman dan Prancis sebagai negara yang turut meneken perjanjian pembatasan nuklir 2015 menyatakan prihatin jika Iran tetap melanjutkan rencana membuat logam uranium. Sebab bahan itu dinilai tidak bermanfaat untuk kepentingan rakyat, dan rentan digunakan oleh militer untuk membuat hulu ledak nuklir.

Pada November 2020 lalu, Iran menyatakan berjanji akan membalas kematian pakar nuklir mereka, Mohsen Fakhrizadeh, yang tewas dibunuh. Mereka menuduh Israel berada di balik peristiwa itu.

Iran juga menyatakan akan terus meningkatkan pengayaan nuklir mereka melewati batas yang ditetapkan dalam perjanjian nuklir 2015, sebagai tanggapan atas pemberian sanksi yang dilakukan oleh pemerintahan Amerika Serikat era Presiden Donald Trump.

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, mendesak AS segera mencabut sanksi sebelum kedua belah pihak membicarakan kembali kesepakatan nuklir. Namun, Presiden AS, Joe Biden, menolak usulan itu.

AS dan IAEA meyakini Iran mempunyai program senjata nuklir rahasia yang terhenti pada 2003.

Menteri Intelijen Iran, Mahmoud Alavi, bahkan sudah mengancam mereka akan nekat membuat senjata nuklir jika terus ditekan oleh sanksi internasional.

Akan tetapi, Alavi mengatakan sampai saat ini Iran belum berencana membuat atau mengembangkan senjata nuklir.

Israel menuduh program nuklir untuk pembangkit energi hanya kedok Iran untuk menutupi upaya pembuatan senjata nuklir.

Bahkan Israel mengancam akan menyerang Iran jika pemerintahan AS yang saat ini dipimpin Presiden Joe Biden tidak bersikap tegas terkait program nuklir itu.

(ayp/ayp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER