icon-close

Imradul Ali, seorang bocah berusia 10 tahun si India setiap harinya sepulang sekolah menghabiskan waktu untuk bekerja sebagai pemulung. (AP Photo/Anupam Nath)

Bermodal karung goni, Ali pergi ke tempat pembuangan sampah di Gauhati untuk berburu botol plastik, gelas, atau apa pun yang bisa didaur ulang atau dijual kembali. (AP Photo/Anupam Nath)

Ali bekerja untuk membantu ayah, ibu, dan kakaknya yang juga bekerja sebagai pemulung. Setahun terakhir ia bekerja untuk membantu keluarganya. (AP Photo/Anupam Nath)

Kehidupan keluarga orang tua Ali kian tertekan selama setahun terakhir sejak India menghadapi pandemi Covid-19. Mereka tidak lagi bisa memulung sampah. (AP Photo/Anupam Nath)

Selama berbulan-bulan, mereka mengandalkan makanan melalui bantuan organisasi lantaran saat itu India masih memberlakukan lockdown. (AP Photo/Anupam Nath)

Kendati demikian, Ali mengaku tidak ingin menghabiskan hidupnya sebagai pemulung. Ia ingin melanjutkan sekolah dan bercita-cita orang kaya. (AP Photo/Anupam Nath)

Kendati membantu perekonomian keluarga, Ali tak bisa berharap banyak karena dalam sehari ia hanya bisa mengantongi 100 rupee atau sekitar Rp20 ribu. (AP Photo/Anupam Nath)

Ibu Ali, Anuwara Begum mengaku sangat sulit membiayai kehidupan bagi keluarganya hanya dengan mengandalkan pekerjaan sebagai pemulung. (AP Photo/Anupam Nath)

Sensus pada 2011 mencatat total pekerja anak berusia 5 hingga 14 tahun di India, sekitar 10 juta dan sebanyak 4 juta orang bekerja sebagai pemulung. Memulung sejatinya pekerjaan kotor dan berbagaya, terutama bagi anak-anak. (AP Photo/Anupam Nath)

Menurut analisis baru Kelompok Bank Dunia dan Dana Anak-anak PBB, diperkirakan satu dari enam anak, atau 356 juta di seluruh dunia, hidup dalam kemiskinan ekstrem sebelum pandemi dimulai - dan jumlahnya diperkirakan akan memburuk secara signifikan. (AP/Anupam Nath)

icon-chevron-left
icon-chevron-right