Pengadilan dijadwalkan akan mulai menggelar sidang terhadap jurnalis yang meliput demonstrasi anti-kudeta militer Myanmar pada hari ini, Jumat (12/3). Thein Zaw, jurnalis Associated Press menjadi salah satu yang menghadapi sidang perdana hari ini.
Zaw merupakan salah satu dari sembilan pekerja media yang ditahan oleh junta militer saat terjadi demonstrasi pada 27 Februari di kota Yangon. Ia tidak pernah terlihat oleh pengacara atau anggota keluarganya sejak ditangkap oleh junta militer.
Pengacara Zaw, Tin Zar Oo, mengatakan bahwa dia berharap pengadilan bisa menjadwalkan kembali sidang terhadap kliennya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tin berencana untuk menyerahkan surat kuasa sebagai pengacara Zaw dan mungkin juga penawaran pengajuan jaminan.'
Lihat juga:Inggris Minta Warganya Keluar dari Myanmar |
Tin mengatakan ia tidak dapat mengunjungi Zaw selama ditahan di Penjara Insein karena pandemi virus corona. Pun anggota keluarnya tidak bisa mengantarkan makanan bagi Zaw.
Zaw ditangkap saat memotret polisi Myanmar yang tengah menyerang pengunjuk rasa. Dalam video yang beredar menunjukan Zaw sempat berusaha menghindar ke pinggi jalan, namun beberapa polisi mengejar dan menyergapnya kemudian memborgol dan membawanya pergi.
Zaq dan enam jurnalis lainnya ditangkap atas dakwaan melanggar undang-undang ketertiban umum yang dapat membuat mereka dipenjara hingga tiga tahun.
Penjara Insein di Yangon utara sebelunya terkenal sebagai tempat bagi tahanan politik di bawah rezim militer. Namun di bawah pemerintahan militer, penjara itu menjadi tempat bagi ratusan pengunjuk rasa, termasuk para pelajar.
Asosiasi Bantuan independen untuk Tahanan Politik mencatat sektiar 38 jurnalis telah ditahan sejak terjadi kudeta militer pada 1 Februari lalu. Sekitar 19 diantaranya masih berada di dalam jeruji besi.
Hingga saat ini lebih dari 2.000 orang pedemo dengan 900 diantaranya masih dipenjara dan 69 tahanan dinyatakan meninggal.
Lihat juga:Aung San Suu Kyi Dituduh Terima Suap |
Bukan hanya menangkap para jurnalis, baru-baru ini junta militer membatalkan izin bagi lima media lokal yakni Mizzima, Suara Demokratik Burma, Khit Thit Media, Myanmar Now, dan 7Day News yang secara gencar meliput protes menentang kudeta.
Penangkapan jurnalis telah memicu gerakan protes yang menyerukan pembebasan para pekerja media yang ditahan dan mencabut dakwaan sebagai upaya intimadasi terhadap pekerja pers.
Sejak kudeta 1 Februari lalu, junta militer semakin represif melawan pedemo dengan menggunakan gas air mata, meriam air, dan peluru karet hingga peluru tajam. Polisi yang melarikan diri memberikan pengakuan bahwa mereka mendapat arahan untuk menembak pedemo yang menolak membubarkan diri.
(evn)