Tolak Kudeta, Warga Myanmar Tato Badan Bertema Pemberontakan

CNN Indonesia
Senin, 15 Mar 2021 12:25 WIB
Warga Myanmar mengekspresikan diri dengan membuat tato bertema pemberontakan terhadap pemerintahan junta militer sebagai bentuk penolakan kudeta.
Warga Myanmar beramai-ramai membuat tato bertema pemberontakan sebagai wujud penolakan kudeta militer. (Foto: REUTERS/STRINGER)
Jakarta, CNN Indonesia --

Selain memukul panci dan berdemonstrasi, banyak dari warga Myanmar dilaporkan membuat tato dengan tema anti-kudeta sebagai bentuk menentang pemerintahan junta militer (Tatmadaw).

Tak sedikit warga terlihat memiliki tato bertuliskan "Bebas dari Rasa Takut" atau "Revolusi Musim Semi". Beberapa orang lainnya bahkan membuat tato wajah pemimpin de facto, Aung San Suu Kyi, yang digulingkan dan ditahan militer pada tubuh mereka.

Tato motif wajah Aung San Suu Kyi dan tema anti-kudeta lainnya memang semakin populer di kalangan masyarakat sejak kudeta 1 Februari berlangsung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hingga kini semakin banyak seniman tato yang menggratiskan pembuatan tato bertema anti-kudeta sebagai bentuk solidaritas meski terancam penangkapan.

"Mereka mengancam kami dengan senjata. Tapi revolusi kami tidak akan menang jika kami takut," kata salah satu warga yang tengah membuat tato 'revolusi' di sebuah galeri tato.

"Jadi kita harus menyingkirkan rasa takut semacam itu untuk menang dalam revolusi," paparnya menambahkan.

Pemberontakan dan perlawanan rakyat sipil terhadap junta militer Myanmar memang terus meluas sejak kudeta terjadi.

Aparat pun semakin brutal menanggapi para pedemo, di mana sejauh ini, lembaga pemantau hak asasi manusia, Assistance Association for Political Prisoners (AAPP), melaporkan setidaknya total 126 orang telah tewas dalam bentrokan antara demonstran dan aparat.

"Saya merasa seperti kehilangan masa depan ketika mendengar berita pada 1 Februari. Saya merasa sangat kesakitan dan saya tidak ingin melupakan rasa sakit itu selamanya," kata seorang wanita berusia 23 tahun di sebuah ruang tamu di Yangon yang tidak ingin disebutkan namanya kepada Reuters.

(rds/evn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER