Sejumlah peristiwa terjadi di berbagai belahan dunia pada Kamis (18//3). Mulai dari Rusia marah Joe Biden sebut Vladimir Putin pembunuh hingga Korut anggap niat AS dialog cuma tipu-tipu.
1. Biden Sebut Putin 'Pembunuh', Rusia Tarik Dubes di AS Pulang
Rusia menarik pulang duta besarnya di Washington D.C setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyebut Presiden Vladimir Putin sebagai pembunuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Duta Besar Rusia di Washington, Anatoly Antonov, telah diminta pulang ke Moskow untuk konsultasi dan menganalisis apa yang harus dilakukan dan ke mana harus pergi dalam konteks hubungan dengan AS," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia pada Kamis (18/3).
Wakil Menlu Rusia, Sergei Ryabkov, mengatakan Biden harus "bertanggung jawab" atas relasi AS-Rusia yang merenggang.
Dikutip AFP, relasi Kremlin dan Gedung Putih kembali memanas setelah laporan intelijen AS menyebut Rusia mencoba campur tangan dalam pilpres 2020 dan merugikan pencalonan Biden.
2. Dubes RI Akan Perjuangkan Nasib Tim Indonesia di All England
Duta Besar RI untuk Inggris, Desra Percaya, mengaku marah dan kecewa setelah mendengar timbulutangkis Indonesia terpaksa mundur dariAll England 2021.
Tim Indonesia terpaksa mundur dari ajang bergengsi itu karena harus menjalani isolasi mandiri setelah kedapatan satu pesawat dengan penumpang yang positif virus corona dalam penerbangan Istanbul ke Birmingham pada akhir pekan lalu.
"Tentu saja kami marah, tidak happy, dan kecewa ya mendengar ini. Saya sudah kontak Dubes Inggris di Jakarta karena saat ini masih dini hari di Inggris. Saya meminta Dubes Owen Jenkins untuk melakukan yang terbaik memastikan tidak ada perlakuan diskriminatif dan unfair treatment kepada tim Indonesia," kata Desra kepada CNNIndonesia.com pada Kamis (18/3).
3. Korut Sebut Niat AS Berdialog Cuma Tipu-tipu
Korea Utara menganggap niat Amerika Serikat yang baru-baru ini menyatakan ingin memulai lagi komunikasi dengan Pyongyang merupakan "trik murahan".
Wakil Menteri Luar Negeri Korut, Choe Son-hui, mengatakan Gedung Putih telah berupaya menghubungi Pyongyang melalui berbagai cara mulai dari surat elektronik dan telepon bahkan melalui negara ketiga.
Namun, Choe mengatakan Pyongyang tidak akan pernah menanggapi niat AS tersebut sampai Gedung Putih di tangan Presiden Joe Biden mencabut semua kebijakan yang dinilai merugikan negara terisolasi itu.
Menurutnya, upaya AS menjalin komunikasi lagi dengan Korut sebagai "trik murahan" untuk pencitraan belaka.
"Apa yang telah terdengar dari AS sejak kemunculan rezim baru hanyalah teori gila tentang 'ancaman dari Korea utara' dan retorika tak berdasar tentang 'denuklirisasi lengkap'," kata Choe kepada kantor berita Korut, KCNA, pada Rabu (17/3).