Adik Pemimpin Korea Utara, Kim Yo-jong, menyindir Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, dengan sebutan burung beo akibat mengkritik uji coba rudal.
Menurut kantor berita Korea Utara, KCNA, Kim Yo-jong menyebut Moon Jae-in kehabisan kata-kata.
"(dia seperti) burung beo yang dibesarkan oleh Amerika, (dia menggunakan) logika AS yang mirip gangster", katanya, dikutip AFP, Selasa (30/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kim melontarkan pernyataan itu menanggapi pidato Moon yang tidak secara khusus membahas uji coba rudal pada Jumat (26/3) pekan lalu.
Tindakan Korut meluncurkan rudal, kata Moon, tidak diinginkan dan bisa menghalangi kelangsungan dialog antara Korea Utara dan Amerika Serikat.
Korut memiliki sejarah panjang dalam menggunakan uji senjata guna meningkatkan ketegangan dengan musuh-musuhnya. Pekan lalu negara yang dipimpin Kim Jong-un dituduh memprovokasi Presiden Amerika Serikat, Joe Biden.
AS dan Jepang mengatakan senjata yang ditembakkan Korut adalah rudal balistik. Namun, Korut berkeras bahwa itu hanya senjata taktis.
Usai peluncuran rudal pada Kamis (25/3) pekan lalu, Biden menyebut uji coba tersebut sebagai pelanggaran resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan meminta negara itu tidak kembali melakukan pengujian senjata.
Biden juga memperingatkan Korea Utara mereka bakal bertindak jika pengujian rudal terus dilakukan.
"Akan ada tanggapan jika mereka memilih untuk meningkatkan (uji coba rudal)," kata Biden.
Ri Pyong-chol, seorang pejabat terkemuka Korea Utara yang mengawasi uji coba rudal tersebut mengatakan komentar Biden telah mengungkapkan "permusuhan yang mendalam" terhadap rezim Kim Jong-un.
"Pernyataan seperti itu dari Presiden AS adalah pelanggaran secara gamblang atas hak negara kami untuk membela diri dan memprovokasi hal tersebut," kata Ri dalam pernyataan yang dirilis oleh KCNA.
Perundingan antara Korut dan AS soal pencabutan sanksi serta pelucutan senjata nuklir mandek sejak 2019. Biden juga belum memberikan sinyal bakal kembali memulai perundingan yang digagas di era pendahulunya, Donald Trump.
(isa/ayp)