Thailand mengizinkan puluhan warga Myanmar yang terluka dan melarikan diri memasuki perbatasan untuk menerima perawatan medis.
Seorang pejabat kesehatan di desa Mae Sam Laep, Thailand, mengatakan puluhan warga Myanmar tiba dengan perahu setelah menyeberangi sungai Salween yang membatasi kedua negara.
Pejabat itu mengatakan puluhan warga Myanmar itu adalah warga Myanmar dari etnis Karen yang selama ini menentang kudeta militer pada 1 Februari lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang warga desa Myanmar, Kyaw Lar Bri, mengatakan dia terkena pecahan bom akibat gempuran jet tempur militer Myanmar pada akhir pekan lalu. Pria 48 tahun itu lalu melarikan diri ke hutan dan kemudian menaiki perahu serta menyeberangi sungai untuk sampai ke Mae Sam Leap bersama enam orang lainnya yang terluka.
"Masih belum aman dan warga desa belum berani kembali ke desa," kata Kyaw seperti dikutip Reuters.
Seorang perempuan asal Myanmar juga ikut kabur ke Mae Sam Leap dan menerima perawatan medis di sana setelah mengalami luka-luka di wajahnya.
Sementara itu, seorang pejabat lain di daerah itu mengatakan bahwa tentara Thailand memulangkan sebagian besar dari para pengungsi Myanmar tersebut karena menganggap situasi di perbatasan sudah aman.
Sejumlah aktivis menuduh Thailand mengusir ribuan calon pengungsi kembali Myanmar. Sebuah video memperlihatkan orang-orang Myanmar menaiki perahu di tepi sungai dengan pengawasan tentara Thailand.
Seorang pejabat distrik di perbatasan Thailand juga mengaku bahwa instruksi pemerintah mengharuskan mereka mencegat orang-orang yang ingin masuk ke perbatasan mereka dari Myanmar.
Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Tanee Sangrat, membantah bahwa tidak ada kebijakan pemerintah pusat untuk menolak pengungsi dari Myanmar.
Ia menambahkan terkadang para pengungsi itu secara sukarela kembali ke Myanmar.
Kerusuhan akibat kudeta militer terus memburuk di Myanmar.
Lembaga Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) pada Senin (29/3) melaporkan 510 warga sipil tewas dua bulan sejak kudeta terjadi.
Pasukan keamanan bahkan dilaporkan membunuh 114 orang termasuk anak-anak dalam sehari dalam bentrokan antara aparat dan pengunjuk rasa pro-demokrasi pada Sabtu (27/3) kemarin.
Selain itu, bentrokan besar juga terjadi di dekat perbatasan Myanmar-Thailand antara pasukan militer dengan milisi dari pasukan etnis minoritas tertua di negara itu, Persatuan Nasional Karen (KNU).
Akibat insiden itu sekitar 3.000 penduduk desa melarikan diri ke Thailand.
(rds/ayp)