Juru Bicara Militer Myanmar, Zaw Min Tun, membenarkan penangkapan terhadap 11 orang yang berinteraksi dengan tim jurnalis CNN di Yangon.
Dari sebelas orang itu, tiga di antaranya ditangkap dari pasar dan delapan lainnya sesaat setelah berinteraksi dengan tim jurnalis CNN.
"Pasukan keamanan khawatir mereka akan memprovokasi orang lain dan memulai protes di pasar, dan itulah mengapa mereka ditangkap," katanya, seperti dikutip dari CNN pada Jumat (8/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa ditahan hanya karena memberikan salam tiga jari, simbol perlawanan yang diambil dari film Hunger Games. Menurut beberapa sumber yang tak ingin disebutkan namanya, delapan orang yang sempat ditahan sudah dibebaskan.
Delapan orang itu kini bersembunyi lantaran takut ditangkap kembali oleh aparat.
Menurut laporan Lembaga Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), sekitar 3.000 orang ditahan dan banyak diantara mereka yang tidak dapat dihubungi keluarganya, kondisi dan keberadaannya juga tidak diketahui. Demi keamanan, keluarga dari aktivis, pengunjuk rasa, jurnalis yang dibunuh junta, terpaksa bersembunyi. Sementara korban yang tewas mencapai 600 lebih.
Akan tetapi, menurut militer, jumlah korban tewas pada saat wawancara dengan CNN adalah 248 orang, termasuk 10 petugas polisi dan enam tentara.
Angka itu kurang dari setengah jumlah yang didokumentasikan oleh berbagai kelompok hak asasi manusia, yang berulang kali mengatakan aparat keamanan melakukan pelanggaran hukum kemanusiaan internasional dengan menembak tanpa pandang bulu ke arah pengunjuk rasa damai.
Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga melaporkan adanya penghilangan paksa, penahanan sewenang-wenang dan penyiksaan di penjara. Komisi Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCR) mengatakan pihak berwenang menambah kekuatan untuk membunuh demonstran.
"Semakin menggunakan persenjataan berat seperti roket peluncur dan granat fragmentasi, senapan mesin berat dan penembak jitu untuk membunuh demonstran dalam jumlah besar," katanya.
Utusan Khusus PBB untuk Myanmar versi pemerintahan Aung San Suu Kyi, Sasa, memperingatkan adanya potensi pecah perang saudara jika junta militer terus membunuh para demonstran.
"Pertumpahan darah itu nyata. Itu akan terjadi, lebih banyak orang akan mati. Saya takut," katanya di CNN.
"Ini adalah waktu bagi dunia untuk mencegah genosida lain, pembersihan etnis lain, pembantaian lain, sehingga dunia memiliki kekuatan untuk menghentikannya sebelum terlambat."
Tim jurnalis CNN melakukan kunjungan selama satu pekan di Kota Yangon dan Naypyidaw dari 31 Maret hingga 6 April lalu. Sebelum tiba, CNN berunding dengan pelobi berkebangsaan Israel dan Kanada, Ari Ben-Menashe, dari firma hukum Dickens & Madson, untuk mendapatkan izin liputan dari junta Myanmar.
Junta Myanmar menyewa Ari sebagai konsultan komunikasi. Dia dilaporkan dikontrak dengan bayaran US$2 juta (sekitar Rp29.2 miliar).
![]() |
Sebelum perjalanan, Ari meyakinkan CNN bahwa mereka dapat melaporkan secara independen dan diberi kebebasan bergerak. Namun, permintaan jurnalis CNN untuk tinggal di hotel Yangon ditolak.
Mereka justru ditempatkan di kompleks militer. Tim hanya diberi akses internet yang terbatas dan diawasi dengan ketat ketika melakukan liputan.
(isa/ayp)