Sumpah Serapah Menlu Filipina Minta Kapal China Keluar LCS

CNN Indonesia
Senin, 03 Mei 2021 16:15 WIB
Dengan penuh sumpah serapah, Menlu Filipina, Teodoro Locsin, menuntut China menarik ratusan kapalnya keluar dari perairan di LCS yang menjadi sengketa. (AFP/Emmanuel Dunand)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dengan penuh sumpah serapah, Menteri Luar Negeri Filipina, Teodoro Locsin, menuntut China menarik ratusan kapalnya keluar dari Laut China Selatan yang menjadi sengketa.

"China, temanku, bagaimana saya bisa mengatakannya dengan sopan ya? Coba saya pikir, oh iya, KELUAR," kata Locsin melalui kicauan di akun Twitter pribadinya pada Minggu (3/5).

"Apa yang Anda (China) telah lakukan terhadap persahabatan kita? Ya, kamu. Bukan kami. Kami sudah berusaha. Kami. Kamu seperti orang bodoh yang memaksa mencari perhatian lelaki tampan," paparnya menambahkan.

Locsin melontarkan komentar blak-blakan ini sebagai respons atas kehadiran ratusan kapal China "ilegal" di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina di Laut China Selatan dalam beberapa waktu terakhir.

Untuk menegaskan kedaulatannya, Filipina pun mengirimkan kapal-kapal militer untuk berlatih di daerah Laut China Selatan.

Insiden itu kembali membuat relasi Manila dan Beijing renggang. Presiden Filipina Rodrigo Duterte bahkan menegaskan bahwa ia tidak akan menarik kapal-kapal itu.

Dilansir Reuters, Kementerian Luar Negeri Filipina juga menuduh para kapal milisi China itu kerap "menghalangi manuver berbahaya dan tantangan radio dari kapal penjaga pantai" negara di perairan tersebut.

Sementara itu, Kedutaan Besar China di Manila tidak segera menanggapi permintaan komentar dari pernyataan Locsin tersebut.

Namun, pejabat China sebelumnya mengatakan bahwa kapal-kapal di gugus karang Whitsun, Laut China Selatan, itu adalah armada penangkap ikan yang tengah berlindung dari gelombang dahsyat laut lepas.

China dan Filipina memang terlibat sengketa wilayah di Laut China Selatan. China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan yang dilalui sebagian besar kapal dunia dengan nilai perdagangan mencapai US$3 triliun setiap tahun.

Pada 2016 lalu, Filipina pun menggugat China atas klaim historisnya di perairan itu ke Pengadilan Arbitrase Permanen (PCA).

Meski Filipina memenangkan gugatannya, China tetap berkeras mengklaim hak historis atas perairan yang kaya akan sumber daya alam juga.

Pada 26 April, Filipina mengaku telah mengajukan 78 protes diplomatik ke China sejak Duterte menjabat sebagai presiden pada 2016.

(rds/has)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK