Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak sejumlah negara kaya untuk mempertimbangkan kembali rencana melakukan vaksinasi corona terhadap anak-anak, dan menyumbangkan persediaan vaksin yang berlebih kepada negara-negara miskin.
"Saya memahami mengapa sejumlah sejumlah negara ingin menggelar vaksinasi bagi anak dan remaja, tetapi saat ini saya mendesak mereka untuk mempertimbangkan kembali rencana itu dan mau menyumbangkan vaksin kepada COVAX," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam jumpa pers virtual di Jenewa, Swiss, seperti dilansir Reuters, Senin (17/5).
Sampai saat ini sejumlah negara Eropa seperti Prancis dan Swedia mau menyumbangkan vaksin corona kepada COVAX, setelah target penyuntikan terhadap kelompok penduduk yang mereka tetapkan terpenuhi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan Amerika Serikat dan Kanada membolehkan penyuntikan vaksin corona kepada para remaja. Menurut WHO, AS berjanji akan menyumbangkan persediaan vaksin corona mereka kepada COVAX.
Sampai saat ini COVAX mengirim 60 juta dosis caksin ke sejumlah negara tergolong miskin. Target pengiriman mereka juga meleset karena India yang merupakan pengekspor vaksin terbesar di dunia memutuskan memprioritaskan untuk kebutuhan dalam negeri karena tengah mengalami gelombang lanjutan infeksi corona.
Diperkirakan sampai saat ini sudah ada 1.26 miliar dosis vaksin corona yang dikirim di seluruh dunia.
Sementara jumlah kasus infeksi corona di seluruh dunia mencapai 160.71 juta orang, dengan sebanyak 3.5 juta di antaranya meninggal.
Kasus infeksi corona juga terdeteksi di lebih dari 210 negara.
Menurut Tedros, ada kecenderungan masa pandemi yang memasuki tahun kedua lebih mematikan. Dia mencontohkan seperti yang terjadi di India.
Saat ini jumlah kasus infeksi corona di India mencapai 24 juta orang. Sedangkan jumlah korban meninggal dalam sehari lebih dari 4.000 orang.
(ayp/ayp)