Pemukim ilegal dilaporkan setuju untuk meninggalkan wilayah Eviatar, Tepi Barat, Palestina yang selama ini diduduki Israel.
Berdasarkan perjanjian terbaru, warga Israel di Eviatar akan meninggalkan wilayah itu dalam beberapa hari. Namun, rumah mereka akan tetap ada di area itu karena pasukan Israel akan mendirikan pangkalan di sana.
Menurut pernyataan dari pemimpin pemukim ilegal Israel setempat, Yossi Dagan, Kementerian Pertahanan setuju untuk mempelajari klaim tanah di daerah itu demi mencari prospek penyelesaian sengketa lahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dagan mengklaim kesepakatan soal perpindahan itu disetujui Perdana Menteri Naftali Bennett, Menhan Benny Gantz, dan Menteri Dalam Negeri Ayelet Shaked.
Kantor Shaked mengonfirmasi soal kesepakatan itu, tetapi juru bicara Bennett dan Gantz tidak segera bersedia memberi komentar.
Sekitar 50 keluarga Yahudi pindah ke Eviatar bulan lalu dan mendirikan gubuk, tenda, dan rumah karavan di wilayah tersebut. Eviatar terletak di dekat Nablus, Tepi Barat, yang selama ini menjadi wilayah Palestina namun diduduki secara ilegal oleh Israel.
Perpindahan itu memicu protes keras dari warga Palestina di Beita yang berdekatan dengan Eviatar. Warga Palestina kerap membunyikan klakson, membakar ban, dan menyorot permukiman Yahudi itu dengan sinar laser sebagai bentuk protes mereka agar warga Israel di sana tetap terjaga.
Wakil Kepala Kotamadya Beita, Moussa Hamayel, mengatakan bahwa warga Palestina di Beita sepenuhnya menolak kesepakatan para pemukim Yahudi dan pemerintah Israel di Eviatar.
Empat warga Palestina dilaporkan dibunuh oleh pasukan Israel dalam kerusuhan yang terjadi selama protes berlangsung.
Sementara itu, warga Yahudi di Eviatar, Tzvi Succot, mengatakan dia mendukung perjanjian itu karena dia yakin pada akhirnya wilayah itu akan menjadi milik komunitas Yahudi secara permanen.
"Hal terpenting bagi kami adalah bangunan tetap di sini, kehadiran Yahudi tetap ada di bukit ini," kata Succot kepada AFP.
Pihak berwenang Israel telah mengevakuasi warga Yahudi di pos-pos terdepan di Tepi Barat sebelumnya. Namun, para keluarga Yahudi itu kembali lagi pada Mei lalu.
(rds/ayp)