Angkatan Udara Filipina mengistirahatkan sementara satu pesawat Lockheed C-130 Hercules bantuan Amerika Serikat setelah satu burung besi itu jatuh dan menewaskan 50 orang pada akhir pekan lalu.
Keputusan itu diambil seiring dengan proses penyelidikan yang tengah dilakukan untuk mengetahui penyebab kecelakaan itu.
"Untuk sementara Angkatan Bersenjata akan mengistirahatkan pesawat C-130 lainnya," kata Juru Bicara Angkatan Bersenjata Filipina, Mayjen. Edgard Arevalo, seperti dilansir Reuters, Selasa (6/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, dilaporkan terbang ke pangkalan Angkatan Laut Filipina di Zamboanga untuk menemui korban luka akibat insiden itu.
"Saya memahami perasaan Anda. Saya juga sedih. Sebagai panglima tertinggi, saya merasa paling sedih karena kehilangan nyawa," kata Duterte.
Arevalo menyatakan pesawat nahas itu memiliki sisa 11 ribu jam terbang sebelum menjalani masa perawatan rutin. Saat kejadian pesawat itu juga dinyatakan layak terbang.
Menurut laporan, pesawat itu membawa tentara yang baru lulus dari akademi dan akan diperbantukan dalam operasi menumpas kelompok bersenjata seperti AbuSayyaf di kawasan selatan Filipina. Mereka terbang dariLaguindanao dan seharusnya mendarat di BandaraJolo.
Ternyata ketika mendarat pesawat itu keluar dari landasan sepanjang 1.200 meter. Dari 96 penumpang, 49 tentara orang dilaporkan selamat tetapi luka-luka karena sebagian melompat dari pesawat itu.
Pesawat berbadan besar itu lantas menyambar dua rumah penduduk dan kemudian meledak. Sejumlah tentara selamat karena melompat dari pesawat itu.
Korban meninggal tercatat mencapai 50 orang, terdiri dari 47 tentara dan tiga warga sipil.
Sedangkan empat penduduk di sekitar lokasi kejadian mengalami luka-luka. Sampai saat ini belum ada bukti apakah pesawat itu jatuh akibat diserang kelompok milisi.
Pesawat yang jatuh itu adalah satu dari dua bantuan yang diberikan AS melalui Badan Kerja Sama Pertahanan dan Keamanan. Filipina berharap pesawat berjuluk Hercules itu meningkatkan kemampuan mereka dalam misi operasi angkut militer berkapasitas besar.
Angkatan Bersenjata Filipina mempunyai catatan buruk terkait kecelakaan alat utama sistem persenjataan. Pada Juni lalu, sebuah helikopter Sikorsky UH-60 Black Hawk milik militer Filipina jatuh dalam misi latihan, menewaskan enam orang.
Pada 1993, sebuah pesawat yang sama yang dioperasikan oleh Angkatan Udara Filipina jatuh dan menewaskan 30 orang. Sedangkan pada 2008, pesawat angkut Hercules versi sipil yang diterbangkan AU Filipina jatuh dan menewaskan 11 orang.
(ayp/ayp)