Wakil Presiden RI ke-10, Jusuf Kalla (JK), meyakini bahwa Taliban akan lebih terbuka ketika resmi mengambil alih pemerintahan setelah menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan pada Minggu (15/8).
JK menilai Taliban saat ini sudah banyak berubah dan berbeda ketimbang ketika memerintah Afganistan pada 1996-2001 lalu.
"Saya yakin pemerintahan Taliban ini lebih terbuka. Saya yakin Taliban banyak berubah ketimbang waktu pemerintahan yang pertama 1996-2001. Dia tidak seperti itu lagi. Dia akan menjadi terbuka," kata JK dalam konferensi pers pada Senin (16/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
JK lantas mengenang dirinya sempat mengundang dua kali para pimpinan Taliban untuk berkunjung ke Indonesia.Saat di Indonesia, lanjut JK, para pimpinan Taliban melihat bahwa Islam di Indonesia bisa berkembang dengan baik karena menjalankan prinsip moderat.
"Mereka kagum, kita jalankan Islam secara baik. Tak perlu konservatif. Dia kita ajak ngunjungin pesantren-pesantren," kata JK.
Ia pun yakin Taliban bakal menerapkan pemerintahan yang lebih moderat setelah melihat contoh di Indonesia.
"Saat mereka memerintah pada periode 1 itu, semua negara tak mengakuinya. Hanya 3 negara yang mengakuinya. Karena mereka lihat islam di Indonesia dan negara-negara lain, saya yakin bahwa perubahan itu akan terjadi. Ini berikan tanda-tanda ada perubahan di antara mereka," katanya.
JK pun menilai pemerintah Indonesia kemungkinan besar akan tetap menjaga hubungan dengan Afghanistan meski Taliban berkuasa.
Ia menegaskan bahwa hubungan diplomatik antara Indonesia dan Afganistan sifatnya kenegaraan, tak bergantung pada rezim yang memerintah negara tersebut.
"Waktu Taliban [berkuasa], kedutaan kita tetap ada. Pemerintahan Afganistan terakhir ini juga kedutaan kita tetap ada. Jadi hubungan diplomatik tak akan putus dengan pemerintahan siapa pun. Hubungan kita dengan negara, bukan dengan pemerintahan siapa," kata dia.
JK melontarkan pernyataan ini tak lama setelah Taliban merebut Ibu Kota Afghanistan, Kabul, dan menduduki Istana Kepresidenan pada Minggu. Presiden Ashraf Ghani pun kabur ke Tajikistan demi menghindari pertumpahan darah lebih lanjut.
Setelah itu, Taliban mengklaim bakal membentuk pemerintahan baru yang merangkul pihak-pihak di luar kelompok mereka.
Namun, warga Afghanistan masih hidup di dalam bayang-bayang kekejaman Taliban yang berkuasa di negara itu hingga 2001 silam.
Di bawah pemerintahan Taliban saat itu, warga Afghanistan hidup dalam kekangan. Para perempuan tak dapat mengakses pendidikan dan pekerjaan, sementara para pria harus hidup dalam aturan ketat.
(rzr/has)