Pasukan keamanan Amerika Serikat (AS) menghentikan semua penerbangan militer dan sipil di bandara Ibu Kota Kabul, Afghanistan, setelah ribuan warga memenuhi landasan pacu.
Ribuan warga tersebut berupaya menaiki pesawat-pesawat yang terparkir di Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, agar bisa keluar dari Afghanistan yang telah dikuasai kelompok Taliban.
"Tidak ada penerbangan yang datang atau pergi, militer atau sipil, karena kerumunan besar masih berada di landasan," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS), John Kirby, kepada wartawan di Washington pada Selasa (17/8) seperti dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pasukan militer AS berada di bandara tersebut bekerja sama dengan pasukan Turki dan pasukan asing lainnya untuk mensterilkan daerah landasan dari orang-orang. Kami tidak tahu berapa lama ini akan berlangsung," imbuhnya.
Video yang beredar menunjukkan ribuan warga Afghanistan membanjiri landasan pacu Bandara Kabul dan berusaha menghalangi lepas landas salah satu pesawat Angkatan Udara AS. Terlihat, banyak warga yang nekat menaiki roda, sayap, hingga atap pesawat demi bisa mendapat kursi terbang keluar Afghanistan.
Media lokal bahkan melaporkan beberapa orang tewas akibat terjatuh dari pesawat saat kapal terbang itu lepas landas. Dua warga Afghanistan juga dilaporkan tewas oleh pasukan AS karena kedapatan membawa senjata di tengah kerumunan warga.
Kirby tak mengonfirmasi insiden tersebut tetapi menyinggung soal video-video tersebut.
"Itu lah sebabnya kami ingin memulihkan situasi menjadi aman dan terlindungi sehingga tidak ada orang lain yang terluka," ucap Kirby.
Kirby mengatakan proses pengosongan landasan pacu dapat berlangsung selama beberapa jam sebelum penerbangan dari dan keluar Kabul bisa kembali dilakukan.
Dalam kesempatan itu, Kirby selaku Jubir Kemenhan AS alias Pentagon menyalahkan pemerintah Afghanistan atas kekacauan yang terjadi di Kabul dan kota-kota besar lainnya. Diketahui, sebagian besar pejabat tinggi Afghanistan, termasuk Presiden Ashraf Ghani, telah meninggalkan negara itu tak lama setelah Taliban berhasil menguasai Kabul dan Istana Kepresidenan.
"Anda dapat sumber daya, Anda dapat berlatih, Anda dapat mendukung, Anda dapat memberi masukan dan membantu. Tapi Anda tidak dapat membeli kemauan, tidak dapat membeli kepemimpinan, dan kepemimpinan itu hilang," papar Kirby.
Kirby menuturkan batalion ketiga tentara AS akan dikerahkan ke Bandara Kabul. Saat ini, AS masih berusaha mengevakuasi personel kedutaannya dan sedikitnya 30 ribu warga Afghanistan beserta keluarga mereka dari negara tersebut.
AS juga masih harus mengevakuasi warga Afghanistan lainnya yang meminta perlindungan diri dan selama ini banyak membantu pasukan Negeri Paman Sam selama beroperasi di negara tersebut.
Proses evakuasi ini bisa membuat AS mengirim setidaknya 6.000 pasukannya lagi ke Afghanistan dalam beberapa hari.
"Fokus kami adalah memastikan bahwa kami dapat memulihkan keamanan di bandara, kami dapat membuat penerbangan masuk dan keluar lagi, dan kami dapat memulai proses untuk mengevakuasi orang-orang lagi," kata Kirby.
Sejak Taliban menguasai Istana Kepresidenan dan Kabul pada akhir pekan lalu, AS telah mengerahkan lusinan jet kargo raksasa, C-17, yang dapat mengangkut beberapa ratus orang sekaligus.