Penunjukan Ismail Sabri Yaakob sebagai perdana menteri baru oleh Raja Malaysia, Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah, membawa kembali Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) ke puncak kekuasaan.
Seperti dilansir Reuters, Ismail menjadi perdana menteri ketiga dalam gejolak politik yang tak kunjung usai selepas pemilihan umum 2018 lalu.
Pada 2018 lalu koalisi Pakatan Harapan (PH) memenangkan pemilu dengan mengusung Mahathir Mohamad yang diusung partai politik baru, Partai Bersatu. Akan tetapi, dua tahun kemudian, tepatnya 24 Februari 2020, pemerintahan PH roboh karena Partai Bersatu menarik dukungan dan kehilangan mayoritas dukungan di parlemen, dan Mahathir memilih mengundurkan diri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian Presiden Partai Bersatu, Muhyiddin Yassin, maju dan ditunjuk sebagai perdana menteri dengan dukungan yang sangat tipis di parlemen setelah berkoalisi dengan UMNO.
Koalisi Bersatu dan UMNO yang rapuh karena perolehan dukungan yang tipis di parlemen akhirnya memicu keretakan. UMNO yang selama ini selalu menjadi partai penguasa merasa disisihkan oleh Muhyiddin.
Alhasil dengan alasan pemerintah dinilai gagal menangani pandemi Covid-19, UMNO menarik dukungan dari kabinet Muhyiddin. Padahal sebelum UMNO menarik dukungan, Muhyiddin mengangkat Ismail Sabri sebagai Wakil PM demi menggaet simpati politik dari partai tertua di Negeri Jiran itu.
Akan tetapi upaya Muhyiddin kandas karena akhirnya seluruh menteri di kabinetnya mengundurkan diri dan juga memaksanya meletakkan jabatan.
Dengan 114 dukungan anggota legislatif Malaysia, posisi Ismail dinilai belum cukup kuat jika sewaktu-waktu terjadi gejolak politik. Sebab Sultan Abdullah meminta Ismail harus melalui voting di parlemen buat membuktikan dia memang benar mendapat dukungan mayoritas.
Jika tidak ada hambatan, maka Ismail bakal dilantik pada Sabtu (21/8) besok.
"Dengan jumlah dukungan mayoritas yang sangat tipis, dia harus benar-benar memastikan tidak ada pergolakan dari dalam oleh orang-orang yang mengincar posisinya," kata analis politik dari Universitas Sains Malaysia, Sivamurugan Pandian.
Sejak UMNO kalah pada pemilu 2018, kondisi politik Malaysia terus bergejolak. UMNO memang sudah berkuasa selama lebih dari 60 tahun dan tumbang karena isu korupsi yang membelit mantan PM Najib Razak terkait skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB).
Hal itulah yang dikhawatirkan banyak pihak jika Ismail nantinya benar-benar mendapat dukungan dalam pemungutan suara di parlemen. Yakni korupsi yang merajalela ditambah pemerintahan yang tidak stabil karena dukungan tipis di parlemen.
"Dengan UMNO kembali hadir di pusat kekuasaan bukan pertanda baik untuk masa depan," kata ekonom pemerhati negara-negara berkembang Asia di Capital Economics, Alex Holmes.
Saat ini sejumlah politikus UMNO terbelit perkara dugaan rasuah, antara lain Presiden UMNO Ahmad Zahid Hamidi dan mantan PM Najib Razak. Keduanya membantah tuduhan rasuah dan masih berpengaruh di UMNO dan juga bagian dari anggota parlemen yang menarik dukungan dari pemerintahan Muhyiddin.
Sedangkan Anwar Ibrahim yang mengimpikan duduk di tampuk kekuasaan sebagai PM nampaknya harus kembali gigit jari dengan kenyataan itu, karena koalisi PH yang dia pimpin tidak punya cukup kursi di parlemen buat membentuk pemerintahan.
(ayp/ayp)