Taliban Minta Rusia Bantu Kelola Sumber Daya Alam Afghanistan

CNN Indonesia
Kamis, 26 Agu 2021 15:31 WIB
Afghanistan merupakan negara miskin padahal memiliki sumber daya alam, terutama mineral, melimpah senilai hampir US$1 triliun.
Presiden Rusia Vladimir Putin saat menghadiri parade militer di Moskow pada Juni 2020. (Foto: AP/Sergey Pyatakov)
Jakarta, CNN Indonesia --

Taliban dilaporkan meminta Rusia membantu mengelola sumber daya alam Afghanistan yang baru-baru ini jatuh ke tangan kekuasaan kelompok itu.

Duta Besar Rusia di Kabul, Dmitry Zhirnov, mengatakan Taliban membuka peluang bagi partisipasi negaranya untuk mengembangkan sumber daya alam Afghanistan.

"Taliban membuka peluang bagi partisipasi kami di di Afghanistan (dalam membangun) perekonomian, termasuk mengembangkan sumber daya alam," kata Zhirnov kepada saluran YouTube Soloviev Live menurut laporan kantor berita TASS via Reuters pada Rabu (25/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Afghanistan memang merupakan salah satu negara miskin di Asia Selatan. Namun, negara itu sebenarnya memiliki sumber daya alam seperti mineral yang melimpah.

Pada 2010, pejabat militer dan ahli geologi AS mengungkap bahwa negara yang terletak di persimpangan Asia Tengah dan Selatan tersebut memiliki cadangan mineral senilai hampir US$1 triliun.

Cadangan mineral yang berada di tanah Afghanistan berupa besi, tembaga, emas, dan mineral tanah jarang yang tersebar di seluruh provinsi. Namun, yang paling utama adalah Afghanistan memiliki cadangan lithium terbesar di dunia.

Seperti diketahui, lithium adalah komponen penting baterai dan teknologi lain yang saat ini masih langka.

Permintaan logam, seperti lithium dan kobalt, serta elemen tanah jarang seperti neodymium, mulai melonjak. Hal ini terjadi ketika negara-negara mencoba beralih ke mobil listrik dan teknologi bersih lainnya, untuk memangkas emisi karbon.

Saat ini, tiga negara penyumbang terbesar mineral tersebut adalah China, Kongo, dan Australia. Tiga negara itu berkontribusi sekitar 75 persen dari produksi global lithium, kobalt, dan tanah jarang.

Pemerintah AS memperkirakan cadangan lithium di Afghanistan bisa menyaingi Bolivia, yang merupakan pemilik terbesar cadangan lithium di dunia.

"Afghanistan merupakan salah satu wilayah yang kaya akan logam mulia konvensional, dan juga logam yang dibutuhkan untuk ekonomi abad ke-21," ujar ilmuwan dan pakar keamanan pendiri Ecological Futures Group Rod Schoonover seperti dikutip CNN.

Namun, Schoonover memprediksi kondisi tersebut tidak akan segera berubah di bawah kendali Taliban.

Salah satu tantangannya mengelola sumber daya alam Afghanistan adalah faktor keamanan, kekurangan infrastruktur, dan kekeringan parah.

(rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER