Nama kelompok ISIS-K, afiliasi ISIS di Afghanistan, terus menjadi sorotan dan semakin memicu kekhawatiran terutama setelah disebut mendalangi bom bunuh diri di Bandara Kabul pada Kamis (26/8).
Sebelum serangan terjadi, Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah mewanti-wanti terkait ancaman teror di Bandara tersebut, termasuk dari ISIS-K. Tak lama usai bom meledak, Biden pun segera membuka suara dan memerintahkan rencana menyerang target ISIS-K.
Lihat Juga : |
Jadi siapa ISIS-K?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ISIS di Khorasan, yang biasa disebut ISIS-K, merupakan afiliasi ISIS di Timur Tengah pimpinan Abu Bakr Al-Baghdadi. Nama kelompok ini berasal dari terminologinya untuk wilayah yang mencakup Afghanistan dan Pakistan: Khorasan.
ISIS-K berdiri tak lama setelah ISIS mendeklarasikan kekhalifahannya di Irak dan Suriah pada 2014 lalu.
Pejabat intelijen AS mengatakan keanggotaan ISIS-K terdiri dari anggota ISIS veteran dari Suriah dan pejuang teroris lain, termasuk beberapa anggota Taliban Pakistan (Tehrik-i-Taliban/TTP) hingga milisi di Afghanistan sendiri.
AS telah mengidentifikasi 10 hingga 15 operasi utama mereka di Afghanistan.
Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan AS untuk Afghanistan (SIGAR) mengatakan ISIS-K memanfaatkan ketidakstabilan politik dan kekerasan yang terjadi selama bulan April hingga Juni di negara Asia Selatan itu.
"Dengan menyerang target dan menyoroti ketidakmampuan pemerintah Afghanistan untuk memberi keamanan yang memadai," katanya dalam sebuah laporan seperti dikutip CNN.
ISIS-K juga telah membentuk dan membangkitkan sel-sel gerakan ekstrimis lainnya di Afghanistan, termasuk di Kabul, dan telah melakukan sejumlah serangan bunuh diri sejak 2016.
Kelompok ini semakin memperkuat kehadirannya di Afghanistan timur dalam beberapa tahun terakhir, terutama di provinsi Nangarhar dan Kunar.
Agustus lalu, ISIS-K menyerang penjara utama di Jalalabad, ibu kota Provinsi Nangarhar, untuk membebaskan puluhan pendukungnya yang ditangkap oleh pasukan keamanan Afghanistan.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan jumlah personel ISIS-K sekitar 500 orang. Mereka juga disebut beraliran Islam sunni garis keras.
Meski ISIS, termasuk ISIS-K, dan Taliban sama-sama beraliran Islam suni garis keras, kedua kelompok tersebut jauh dari kata akur.
ISIS dan Taliban memiliki prinsip, misi dan visi, yang jauh berbeda mulai dari hal-hal kecil soal penafsiran agama hingga strategi kelompok. Kedua kelompok itu sama-sama mengklaim sebagai kelompok yang merepresentasikan jihad Islam.
ISIS bahkan pernah menyebut Taliban sebagai kelompok murtad.
Dari perbedaan dan persaingan itu lah keduanya saling bermusuhan dan pernah terlibat pertempuran berdarah sekitar 2019 lalu.
ISIS bahkan tak senang dengan kemenangan Taliban di Afghanistan. Kelompok itu bahkan mencela kesepakatan AS dan Taliban pada awal 2020 yang mengarah pada penarikan pasukan asing di Afghanistan.
ISIS menuduh Taliban mengabaikan tujuan jihad.
Tak lama usai kejatuhan Kabul, ISIS bahkan menuduh Taliban mengkhianati jihad. ISIS pun bersumpah melanjutkan perjuangannya.
Beberapa pihak khawatir bahwa kekacauan yang masih terjadi di Afghanistan bisa dimanfaatkan ISIS sebagai peluang menyusup masuk ke negara itu.