Jakarta, CNN Indonesia --
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil memaparkan 12 program strategis revitalisasi DAS Citarum di depan Pemimpin Dunia KTT COP26 KTT COP26 di Glasgow, Skotlandia, Selasa (2/11).
Strategi itu dipaparkan "Panel Dialogue: Scaling Up Governance and Collaborative Actions in Combinating Marine Plastic Litter Towards Climate Actions in Indonesia".
Dalam penjelasannya, Ridwan Kamil mengatakan dirinya sebagai Satgas Citarum Harum sudah menindak 131 pelanggar lingkungan air mulai dari skala besar hingga kecil. Terdapat 1.268 desa yang dijadikan sasaran sosialisasi dan edukasi berbasis komunitas terang Ridwan.
Pasalnya, dirinya memiliki target rehabilitas 15.000 hektare lahan yang diperbaiki dari luas 26 ribu hektar lahan yang ada. Sebanyak 1.338 pabrik diawasi di sekitar Citarum melalui monitoring IPAL, hal ini melebihi dari target awal yakni sebanyak 747 pabrik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sungai yang dulu terkenal sangat kotor dan terjorok di dunia tersebut berubah wujudnya setelah ditangani Satgas Citarum Harum menggunakan pola pentaheliks yang juga melibatkan akademisi, pengusaha, media, dan komunitas untuk bekerjasama dan berkolaborasi memperbaiki wajah sungai Citarum.
"Hasilnya penanganan lebih efektif. Setelah tiga tahun Citarum bukan lagi sungai terkotor dan kami bisa menjelaskan dan membuktikan data-datanya. Berkat pentaheliks ini semua merupakan tanggung jawab bersama," ujar Ridwan Kamil.
Keterlibatan semua stakeholders dinilai sangat luar biasa, mulai dari TNI dengan basis non perang, komunitas pegiat lingkungan, kalangan bisnis yang memiliki kekuatan finansial, akademisi yang memiliki konsep dan penelitian, hingga sampai media untuk publikasi.
Ridwan Kamil juga menjelaskan sebagaimana Peraturan Presiden Nomor 15/2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum yang diamanatkan Presiden, semenjak aturan tersebut terbit penanganan Citarum menjadi lebih gencar dan masif.
Penanganan normalisasi dari limbah di kawasan sungai Citarum sendiri memiliki 12 program prioritas di dalamnya, teridiri dari penanganan limbah domestic, industry, dan penegakan hukum guna membuktikan bahwa penanganan Citarum tidak main-main.
Contohnya dalam penanganan sampah plastic misalnya, Jabar menerapkan circular economy dimana sampah plastic masyarakat maupun pengusaha dikumpulkan dijadikan keuntungan finansial. Selain bank sampah, Jabar juga memiliki pabrik pengolahan botol plastic yang didaur ulang dari botol air kemasan untuk difungsikan menjadi botol air mineral.
Lantaran pabrik pengolahan botol air kemasan tersebut hanya tersedia di Jabar, akhirnya sampah botol plastic tersebut juga datang dari beberapa kawasan seperti Bali dan Sulawesi Selatan mendatangkan sampah botol air mineral yang dapat didaur ulang kembali.
"Kami juga memastikan mengedukasi masyarakat agar jangan takut untuk membeli botol minuman dari botol daur ulang," ucapnya.
Oleh karena itu, Ridwan Kamil berharap ke depannya semua provinsi yang ada di Indonesia memiliki pabrik daur ulang botol plastik air kemasan guna meningkatkan kembali penanganan persoalan sampah plastic yang menjadi ancaman lingkungan.
Langkah yang dilakukan Gubernur Jabar tersebut juga didukung oleh salah satu komunitas lingkungan yakni Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) yang mengapresiasi apa yang disampaikan Ridwan Kamil dalam pertemuan forum internasional tersebut.
Menurut Kepala Divisi Infokom DPKLTS Taufan Suranto, konsep dasar pengelolaan sumber daya alam adalah mengendalikan pemanfaatan ruang di sekitar daerah aliran sungai. Masyarakat didorong untuk aktif berpartisipasi memulihkan Citarum sebagai sumber kehidupannya.
"Partisipasi masyarakat tidak bisa langsung terorganisasi. Sehingga pola geraknya kita coba bangun Sub DAS dan Mikro DAS. Cakupannya kecil - kecil setiap 1.000 hektare bergerak," kata Taufan.
Semua kegiatan pelestarian alam seperti penanaman pohon, pengelolaan limbah domestik, dan pengolahan sampah dilakukan di Sub DAS dan Mikro DAS tersebut. "Semua aspek dan perilaku dilakukan di situ dengan skema pentaheliks," kata Taufan.
Kegiatan lain yang dilakukan di antaranya program rehabilitasi lahan kritis. Seperti pembibitan di DAS Citarum di wilayah Ciporeat yang masuk Kawasan Bandung Utara.
"Kami juga kerja sama dengan beberapa pihak lain. Lahan kritis yang sedang kita garap kerja sama dengan BKSDA di Kamojang Garut seluas beberapa ratus hektare," sebut Taufan.
Pembibitan tanaman nantinya tidak saja berfungsi menghijaukan dan menyerap air tapi juga dapat memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat, misalnya dari tanaman buah dan tanaman lain yang memiliki nilai keekonomian.
Diharapkan dengan sistem Sub DAS dan Mikro DAS akan tercipta banyak siklus air yang sehat bagi Citarum yang lebih sehat pula. Ketika musim hujan air bisa ditahan, musim kemarau masih ada ketersediaan air alias tidak kekeringan.
"Jadi prinsipnya menangani lahan kritis dengan vegetasi dan pemberdayaan masyarakat," tutup Taufan.
(osc)
[Gambas:Video CNN]