Pasukan bersenjata Korea Utara mengadakan kompetisi menembak artileri dan proyektil selama akhir pekan.
Media pemerintah Korut, KCNA, melaporkan lomba itu digelar untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara.
KCNA menuturkan kompetisi itu digelar pada Sabtu (6/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kompetisi ini digelar ketika antusiasme untuk menjalani pelatihan intensif berlaku di seluruh Tentara Rakyat Korea (KPA) untuk mengantarkan masa kejayaan baru dalam memperkuat kemampuan pertahanan negara di bawah panji membela diri," bunyi laporan KCNA seperti dikutip Reuters.
Kompetisi itu terlihat dihadiri langsung oleh Pak Jong Chon, anggota Presidium Biro Politik dan Sekretaris Komite Sentral Partai Buruh Korut.
Pak adalah seorang jenderal Korut yang telah lama dipandang sebagai bintang militer negara itu dan pemain utama dalam program rudal pemerintahan Pemimpin Tertinggi Kim Jong-un.
Pak baru-baru ini juga dipromosikan Kim Jong-un menempati posisi lebih tinggi di pemerintahan Korut.
Selain Pak, Jenderal Rim Kwang Il yang merupakan Staf Umum KPA dan komandan unit turut menghadiri kompetisi itu.
"Begitu perintah menembak diucapkan komandan unit gabungan, laras senjata untuk memusnahkan musuh secara kompetitif menembaki target untuk mengenainya secara akurat," bunyi laporan KCNA menambahkan.
Selama ini, sebagian besar pasukan artileri Korut dikerahkan di sepanjang perbatasan dengan Korea Selatan. Artileri-artileri Korut itu bahkan dilaporkan mampu menjangkau sebagian wilayah Ibu Kota Seoul di Korsel.
Kompetisi menembak proyektil ini berlangsung ketika Korut kembali menggalakkan program rudalnya setelah dialog dengan Korea Selatan soal perjanjian damai dan perundingan denuklirisasi dengan Amerika Serikat mandek.
Analis menganggap Pyongyang berusaha menormalkan kegiatan pertahanannya dengan tujuan akhir untuk memenangkan penerimaan internasional atas senjata nuklir dan rudal balistiknya.
Sebab, hingga kini, Korut masih dijatuhkan sanksi oleh PBB dan dunia internasional soal program nuklir dan rudalnya yang dianggap mengancam keamanan dan stabilitas global.