Menteri Luar Negeri Malaysia, Saifuddin Abdullah menyatakan soal dampak varian delta plus yang terdeteksi di negara itu.
"Menteri Kesehatan Malaysia menyatakan bahwa meskipun data dipecah, itu ada di Malaysia. Tetapi Kementerian Kesehatan Malaysia sedang memeriksa sejauh mana dampaknya," ujar Abdullah dalam acara Pemberian 15 Karya Seni ke Sekretariat ASEAN dan Bilik Malaysia di ASEAN, Senin (8/11) malam.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Australia Bakar Kapal Nelayan RI hingga Fakta Panic Buying China |
Tak hanya itu, Abdullah menekankan pentingnya proses vaksinasi yang kini sedang dilakukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun, Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin menegaskan bahwa proses vaksinasi harus tetap berjalan, dan proses vaksinasi yang sedang berlangsung, serta adanya data atau varian baru tidak membahayakan proses vaksinasi. Jadi kementerian kesehatan saya pahami tengah memantau keberadaan varian baru," tambah Abdullah.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Malaysia (MOH), mengonfirmasi pada Sabtu (6/11), dua kasus delta plus (AY.4.2) telah terdeteksi di negara itu.
Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia, Tan Sri Dr Noor Hisham Abdullah mengatakan kasus-kasus itu terdeteksi ketika orang tersebut tiba di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) pada 2 Oktober.
"Sampel mereka tengah diurutkan berdasarkan genom di Institut Biologi Molekuler Media, Universiti Kebangsaan Malaysia (UMBI-UKM) dan hasilnya diumumkan pada 30 Oktober," kata Abdullah.
Para ahli berspekulasi bahwa varian Delta Plus AY.4.2 bisa 10 hingga 15 persen lebih menular dari pada varian Delta asli yang telah mendominasi di seluruh dunia.
Lihat Juga : |
Beberapa ahli juga tengah melakukan uji coba untuk memastikan apakah sub-varian baru ini berpotensi sulit dikenali oleh antibodi tubuh.
Selain itu, pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah varian ini bisa menghindari respons imun yang dihasilkan oleh vaksinasi atau infeksi sebelumnya.