Rusia menyemprot balik Amerika Serikat setelah Menteri Luar Negeri Antony Blinken mewanti-wanti Kazakhstan soal kehadiran pasukan koalisi Moskow di tengah kerusuhan besar-besaran di negara itu.
Kementerian Luar Negeri Rusia merilis pernyataan balasan itu tak lama setelah Blinken berkata, "Pelajaran yang bisa kita tangkap dari sejarah belakangan ini adalah ketika Rusia masuk ke rumah Anda, terkadang sangat sulit untuk membuat mereka pergi."
Dalam pernyataan balasannya, Kemlu Rusia menyebut omongan Blinken itu "menyinggung." Mereka menganggap Blinken membahas peristiwa tragis di Kazakhstan dengan nada bercanda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka kemudian menyatakan bahwa AS seharusnya berkaca pada rekam jejak intervensi Negeri Paman Sam di negara lain, seperti Vietnam dan Irak.
"Jika Antony Blinken sangat suka pelajaran sejarah, maka ia seharusnya mengingat ini: Ketika orang Amerika ada di rumah Anda, sangat sulit untuk tetap hidup dan tidak dirampok atau diperkosa," demikian pernyataan Kemlu Rusia yang dikutip Reuters, Sabtu (8/1).
Pernyataan itu berlanjut, "Kita tak hanya belajar dari kejadian belakangan ini, tapi juga selama 300 tahun Amerika berdiri."
Kemlu Rusia lantas menegaskan bahwa kehadiran pasukan koalisi Organisasi Traktat Keamanan Kolektif (CSTO) di Kazakhstan merupakan respons atas permintaan pemerintah setempat.
Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev, memang mengakui pihaknya meminta bantuan Rusia dan koalisi CSTO untuk meredam kerusuhan di negaranya.
Hingga Jumat (7/1), demonstrasi protes kenaikan harga LPG di Kazakhstan dilaporkan telah menewaskan 28 polisi dan 16 demonstran. Sebagaimana dilansir ABC News, di antara 28 polisi yang meninggal, ada petugas ditemukan dipenggal.
Selain itu, lebih dari 3.000 orang telah ditahan akibat kerusuhan ini.
Kerusuhan besar-besaran ini bahkan juga menyebabkan kabinet pemerintahan yang dipimpin Perdana Menteri Askar Mamin mengundurkan diri massal pada Rabu siang.
Demonstrasi sebenarnya dimulai sejak pekan lalu di Provinsi Mangistau dan daerah lain di barat Kazakhstan. Pengunjuk rasa memprotes kenaikan harga LPG, yang digunakan sebagai bahan bakar kendaraan di kawasan barat negara itu.
Pemerintah sebenarnya sudah kembali menurunkan harga LPG pada pekan ini. Namun, tuntutan rakyat terlanjur meluas.
Mereka menolak andil mantan pemimpin Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev, yang dinilai masih memegang pengaruh di pemerintahan.
Aksi pun sudah menjalar ke berbagai daerah lain di Kazakhstan. Demo kian rusuh ketika para pengunjuk rasa menyerbu dan membakar gedung-gedung pemerintah.
Aparat lantas berupaya menertibkan massa dengan menembakkan gas air mata dan melemparkan granat kejut ke arah demonstran.
(has)