Hampir 3 Tahun Dipenjara, Putri Arab Saudi Dibebaskan
Pihak berwenang Arab Saudi disebut telah membebaskan salah satu Putri Kerajaan, Basmah binti Saud, beserta anak perempuannya yang dipenjara selama hampir tiga tahun tanpa dakwaan.
"Basmah binti Saud Al Saud dan putrinya Suhoud, yang ditahan sejak Maret 2019, telah dibebaskan," tulis kelompok hak asasi manusia, Al Qst di Twitter.
Mereka juga mengunggah gambar yang berisi informasi terkait kondisi sang putri selama dalam masa tahanan.
"Dia ditolak perawatan medis yang dibutuhkan dalam kondisi yang berpotensi mengancam nyawa," kata Al Qst.
Kelompok itu juga menegaskan selama penahanannya tak ada tuduhan yang ditujukan kepada Putri Basmah.
Dikutip dari AFP, pejabat Saudi tak segera memberikan komentar saat ditanya terkait pembebasan mereka.
Lihat Juga :KILAS INTERNASIONAL Enam Orang Tewas di Danau Brasil hingga Ribut Rusia-AS soal Kazakhstan |
Menurut sumber yang dekat dengan keluarga, Putri Basmah ditangkap tak lama sebelum rencana perjalanan untuk perawatan medis ke Swiss berlangsung. Hingga kini penyakit yang dideritanya tak pernah diungkapkan.
Ia kemudian ditahan di penjara Al-Hair, lokasi bagi banyak tahanan politik lain.
Dalam kesaksian tertulis kepada Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), keluarga Putri Basmah mengatakan, ia ditahan kemungkinan karena mengkritik secara blak-blakan.
Putri Basmah juga dianggap sebagai sekutu Mohammed bin Nayef, lanjut kesaksian itu.
Bin Nayef diketahui merupakan lawan Putra Mahkota Saudi saat ini, Mohammed bin Salman (MbS).
Sementara itu, Putri Basmah merupakan anggota keluarga kerajaan yang mendukung hak-hak perempuan dan monarki konstitusional. Ia ditahan sejak Maret 2019.
Kemudian pada April 2020, muncul permohonan agar Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman membebaskan sang putri dengan alasan kesehatan.
Pihak berwenang Saudi kerap menindak pembangkang dan bahkan calon lawan. Mulai dari penceramah, aktivis hak-hak perempuan, hingga bangsawan.
Pada November 2017 lalu, imbas kampanye besar-besaran hotel disulap menjadi fasilitas penahanan. Hotel mewah Ritz-Carlton di Riyadh menjadi pusat penahanan bagi puluhan pangeran dan pejabat senior yang dicurigai melakukan korupsi atau menunjukkan tanda-tanda ketidaksetiaan.
Di samping MbS yang anti-kritik, ia juga disebut melakukan gebrakan baru dalam rangka memodernisasi Saudi.
Reformasi itu di antaranya, perempuan diizinkan mengemudi, menjadi anggota militer, dan pelanggaran terhadap perwalian. Di mana dalam aturan ini laki -laki yang disebut wali kerap sewenang-wenang atas perempuan.