Warga Tonga berlarian pergi ke dataran tinggi pada Sabtu (15/1), setelah erupsi gunung api bawah laut memicu gelombang tinggi tsunami dan peringatan di beberapa negara Pasifik dan Amerika.
Letusan terakhir gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha'apai terjadi hanya dalam beberapa jam setelah peringatan tsunami pada Jumat (14/1) dicabut.
Mere Taufa, salah satu warga Tonga bercerita dia sedang mempersiapkan makan malam saat air laut akibat tsunami mulai memasuki rumahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Taufa mengatakan beberapa menit sebelum air pasang, dia dan saudara laki-lakinya mendengar letusan besar yang mereka kira adalah ledakan bom.
"Itu sangat besar, tanah bergetar, rumah kami bergoyang, itu datang dengan gelombang. Adik lelaki saya berpikir ada bom yang meletus di dekat (kami), ujar Taufa kepada media online Stuff, dikutip dari AFP.
Taufa bercerita, air memenuhi rumahnya beberapa menit kemudian dan ia melihat tembok rumah tetangganya roboh.
"Kami langsung tahu ini tsunami. Air menyembur ke rumah kami," katanya.
"Kami bisa mendengar teriakan dari segala arah, orang-orang berteriak agar ingin selamatkan diri, meminta semua orang pergi ke dataran tinggi," ujarnya lagi.
Sementara itu, Raja Tonga Topou VI dilaporkan telah dievakuasi dari Istana Kerajaan di Nuku'alofa. Ia dikawal polisi ke sebuah vila yang jauh dari pantai.
Erupsi pertama bertahan hingga setidaknya delapan menit dan mengeluarkan gumpalan gas, abu, dan asap beberapa kilometer di udara. Warga di pinggir pantai juga didesak untuk pergi ke dataran yang lebih tinggi.
Di sisi lain, Victorina Kioa dari Komisi Pelayanan Publik Tonga pada Jumat (14/1) mendesak warga untuk menjauhi daerah berbahaya seperti wilayah pesisir berdataran rendah, karang, dan pantai.
Kepala Layanan Geologi Tonga, Taaniela Kula juga mengimbau warga untuk berada di dalam ruangan, menggunakan masker saat di luar, dan menutup penyimpan cadangan air hujan dan sistem pemanenan air hujan.