Mantan tentara Afghanistan di pemerintahan sebelumnya, Hayat Gul, bunuh diri karena jatuh miskin di tengah keterpurukan ekonomi usai Taliban berkuasa.
Salah satu anak Gul, Nasib Noor, tak pernah menyangka ayahnya akan bunuh diri di kediaman keluarga mereka di distrik Khail Manozai, Provinsi Khost, sekitar 20 hari lalu.
"Sekitar pukul 12.00, ayah saya di tempat tidur. Dia bilang ingin keluar. Saya pergi dan kemudian saya dengar ledakan," kata Noor, seperti dikutip Tolo News, Senin (17/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Noor kemudian melanjutkan, "Saat saya tiba lagi, saya mendengar semua orang menangis dan saya melihat ayah saya terbaring di tempat tidur."
Salah satu anak Gul mengatakan, mereka kehilangan satu-satunya pencari nafkah dan kini menghadapi masa depan tidak pasti di tengah situasi ekonomi yang buruk.
Anak perempuan Hayat Gul, Suraya, mengaku tak dapat melanjutkan pendidikan usai kehilangan sang ayah.
"Saat ayah kami hidup, dia membelikan kami beberapa buku, buku catatan, dan semuanya. Sekarang, ayah kami meninggal. Tak ada lagi buku dan buku catatan yang dibawa," tutur Suraya.
Kini, ia harus menanggung beban dan bertanggung jawab terhadap adik-adiknya. Istri Gul pun khawatir akan ketidakpastian masa depan anak-anaknya.
Salah satu saudara Gul, Mohammad Gul, lantas menggalang bantuan untuk keponakannya. Ia menggalang dana melalui unggahan video di media sosial.
"Siapapun yang menonton video ini, jika mereka membantu keponakan saya, saya akan berterima kasih atas bantuan dan kerja samanya," kata dia.
Menanggapi kisah keluarga ini, Taliban berusaha untuk membantu keluarga Hayat, dan keluarga lain yang bernasib serupa.
"Amir al Mumini telah memerintahkan agar kami mengatasi masalah keluarga seperti itu dan menyelesaikannya," kata Shabir Ahmad Osmani, direktur departemen informasi dan budaya Khost.
Afghanistan berada dalam kekacauan usai Taliban mengambil alih negara itu pada 15 Agustus lalu.
Tak lama setelah itu, Taliban memecat staf dan pekerja di pemerintahan sebelumnya. Mereka juga tak memberi ruang untuk perempuan.
Krisis politik dan krisis ekonomi yang menjerat turut memperburuk situasi di negara itu, sementara bantuan asing tak kunjung tiba.
Warga kemudian bertahan dengan beragam cara, mulai dari menjual anak hingga melelang seluruh perabot rumah tangga.
(isa/has)