Di Ambang Perang, Dubes Ukraina Ungkap Kiev Mungkin Batal Masuk NATO
Duta besar Ukraina untuk Inggris, Vadym Prystaiko, mengungkapkan negaranya mungkin akan membatalkan rencana bergabung dengan Pakta Keamanan Atlantik Utara (NATO) Ini dilakukan untuk mencegah konflik pecah dengan Rusia.
"Kami mungkin, kamu tahu, mengingat (telah) diancam seperti itu, dipaksa seperti itu, dan didorong untuk melakukan itu," ujar Prystaiko kepada presentar BBC Radio 5, Stephen Nolan, saat ditanya soal negaranya mempertimbangkan tak masuk ke NATO untuk mencegah perang, Minggu (13/2), dikutip dari RT.
Ketika dimintai penegasan kembali oleh Nolan, Prystaiko mengungkapkan negaranya bakal mempertimbangkan kembali keinginan mereka untuk masuk ke NATO.
"Yang saya katakan saat ini adalah kami fleksibel, mencoba mencari jalan terbaik. Jika kamu harus melewati konsesi yang serius, itu (tak masuk ke NATO) adalah sesuatu yang kami bakal lakukan, itu sudah pasti," tegasnya.
Prystaiko mengungkapkan, keputusan ini juga didukung oleh perwakilan blok militer Ukraina.
Lihat Juga :Kilas Internasional Saudi Ramaikan Valentine dengan Baju Merah hingga AS Tarik Pasukan |
Meski demikian, Prystaiko menyoroti status Ukraina yang tak menjadi bagian dari aliansi militer apapun. Ia mengatakan, Kiev berpotensi bakal menghadapi konflik militer sendirian bila terjadi.
"Kami akan, kembali lagi, tak dilindungi oleh siapapun, tak ada teman, tidak menjadi anggota dari sebuah aliansi, meski orang lain, seluruh tetangga kami, telah masuk ke organisasi," kata Prystaiko merujuk pada Polandia, Slovakia, Rumania, Bulgaria, dan Turki.
Sementara itu, Rusia kerap mengungkapkan kekhawatiran atas ekspansi NATO di wilayah Eropa Timur. Rusia juga sempat meminta jaminan terkait Ukraina, utamanya Kiev tak boleh menjadi bagian dari NATO.
Alasan kekhawatiran Rusia ini sempat dijelaskan oleh pengamat Hubungan Internasional (HI) Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah.
"(Hal) yang dikhawatirkan oleh Rusia adalah, mereka memiliki perbatasan yang sangat panjang, puluhan kilometer, dan dikhawatirkan Ukraina akan menjadi front depan dari NATO untuk merusak Rusia," kata Rezasyah kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
"Jika Rusia menyerang, akan merugikan mereka. Akan menjadi alasan bagi Amerika Serikat dan NATO menggerakkan PBB untuk mengutuk Rusia, mengeluarkan resolusi lewat Majelis Umum, termasuk mempersenjatai NATO secara besar-besaran," lanjut Rezasyah.
Menurut Rezasyah, Rusia juga bakal mengalami kerugian bila memulai perang di Ukraina.
Rezasyah menilai, nama baik Moskow bisa hancur bila negara itu memulai perang dan membuat Amerika Serikat bisa memperburuk citra Rusia.
"Jika Rusia menyerang, akan merugikan mereka. Akan menjadi alasan bagi Amerika Serikat dan NATO menggerakkan PBB untuk mengutuk Rusia, mengeluarkan resolusi lewat Majelis Umum, termasuk mempersenjatai NATO secara besar-besaran," lanjut Rezasyah.