Kompak dengan AS dan Sekutu, Australia Beri Sanksi Rusia

CNN Indonesia
Rabu, 23 Feb 2022 12:02 WIB
PM Australia Scott Morrison jatuhkan sanksi akses keuangan terhadap Rusia. (TIMOTHY A. CLARY / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Australia mengumumkan menjatuhkan sanksi kepada delapan dewan keamanan Rusia, usai Moskow mengakui wilayah separatis Donetsk dan Luhansk serta mengerahkan pasukan. Langkah ini menyusul Amerika Serikat, Kanada, dan Jepang yang lebih dahulu menjatuhkan sanksi kepada Rusia.

Sanksi itu akan dilancarkan kepada delapan anggota dewan keamanan Rusia berupa larangan perjalanan. Canberra juga berencana menargetkan sanksi ke bank-bank yang berhubungan dengan militer Rusia.

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, menilai para pejabat itu bertanggung jawab atas tindakan Rusia ke Ukraina.

"Mereka bertindak seperti preman dan perundung. Australia akan selalu melawan pengganggu dan kami akan melawan Rusia," ujar Perdana Menteri Australia dikutip AFP, Rabu (23/2).

Ia juga memprediksi invasi skala penuh Rusia akan berlangsung dalam 24 jam ke depan, melihat situasi yang belum menunjukkan tanda-tanda ketegangan mereda.

Sementara itu, salah satu bentuk dukungan untuk Ukraina adalah pemerintah Australia akan mempercepat pengajuan visa sekitar 430 warga Ukraina yang akan masuk ke Negeri Kanguru.

Selain Australia, Amerika Serikat, Kanada, dan Jepang lebih dahulu menjatuhkan sanksi ke Moskow.

Washington membekukan aset dua bank Rusia Vnesheconombank (VEB) dan bank negara Promsvyazbank (PSB), serta institusi keuangan pendukung Rusia lain.

Uni Eropa juga berencana menjatuhkan sanksi yang bisa menghalangi akses Rusia ke pasar finansial, modal dan layanan blok itu.

Mereka kemudian menyebutkan ada empat bidang yang menjadi target sanksi. Target itu mencakup pejabat yang terkait dengan keputusan Rusia mengakui dua wilayah separatis, mereka yang menjalin hubungan perdagangan dengan Donetsk dan Luhansk.

Keputusan itu muncul usai Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk. Ia juga menyetujui pengiriman pasukan ke wilayah itu dengan dalih penjaga keamanan.

Wilayah di Ukraina Timur itu memang tegang sejak Rusia mencaplok Crimea pada 2014 lalu. Konflik baru-baru ini semakin menambah ketegangan mengingat krisis antara Kiev dan Rusia belum menemui jalan tengah.



(isa/bac)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK