Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, mendesak pemerintah RI untuk lebih tegas mengecam invasi Rusia dengan menyebut nama negara agresor tersebut.
"Kami benar-benar meminta pemerintah Indonesia untuk lebih tegas, lebih percaya diri, dan dengan lantang mengecam agresi Federasi Rusia," tutur Hamianin dalam jumpa pers virtual, Jumat (25/2).
"Saya masih berharap, meski agresi sedang berlangsung, pemerintah Republik Indonesia akan berdiri dan akhirnya menyebut nama agresor (Rusia), dan mengecam kekerasan terhadap kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas teritorial Ukraina."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hamianin juga berharap pemerintah RI akan meningkatkan dukungannya terhadap Ukraina.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Indonesia dalam sebuah pernyataan mengungkapkan bahwa serangan militer yang menimpa Ukraina tak dapat diterima.
"Serangan militer di Ukraina tidak dapat diterima. Serangan juga sangat membahayakan keselamatan rakyat dan mengancam perdamaian serta stabilitas kawasan dan dunia," demikian pernyataan badan tersebut yang dirilis pada Jumat (25/2).
"Indonesia meminta agar situasi ini dapat segera dihentikan dan semua pihak agar menghentikan permusuhan serta mengutamakan penyelesaian secara damai melalui diplomasi."
Meski demikian, pihak Kemlu tak menyebutkan kata 'Rusia' sebagai pelaku dari serangan militer di Ukraina ini.
Presiden Joko Widodo juga sempat menuliskan di Twitter, "Setop perang. Perang itu menyengsarakan umat manusia dan membahayakan dunia."
Namun, tak jelas perang yang dimaksud Jokowi.
Rusia menyerang Ukraina sejak Kamis (24/2) atas perintah Presiden Vladimir Putin. Invasi ini menuai kecaman dari berbagai negara dunia, seperti Amerika Serikat, dan beberapa di antaranya memutuskan memberikan sanksi terhadap Moskow.