Cemas dan Haru Pria AS Menanti Kelahiran Anak Kembar di Ukraina
Di tengah gejolak yang terus terjadi di Ukraina, menantikan kelahiran bayi kembar adalah momen yang mencemaskan sekaligus haru bagi orang tua.
Perasaan campur aduk itu yang dialami oleh salah satu penduduk Amerika Serikat, Alexander Spektor. Kelahiran anak kembarnya memunculkan ketakutan sekaligus kegembiraan saat ledakan terjadi di sejumlah kota Ukraina, termasuk Kiev.
"Saya sangat khawatir. Ya, khawatir, lelah tapi juga sangat berharap (kelahiran bayi itu)," ucap Spektor kepada CNN.
Ia kemudian berkata, "Kami berharap setiap hari momen ini akan segera datang."
Spektor memantau kelahiran anaknya dari negara yang sangat jauh dari Ukraina. Ia berada di Georgia, Amerika Serikat sembari menunggu kesempatan bisa menatap secara langsung anak kembarnya itu.
Kedua bayi itu lahir prematur dari 'ibu pengganti' yang tinggal di Kiev pada pekan lalu. Sang ibu melahirkan beberapa jam setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengumumkan invasi ke wilayah Ukraina timur.
Tak lama setelah pengumuman itu ledakan terjadi di sejumlah kota. Ledakan masih terus berlanjut hingga hari ini. Rumah sakit tempat sang ibu melahirkan juga turut diserang pada Selasa (1/3). Imbasnya berapa bagian gedung mengalami kerusakan. Ibu dan bayi itu pin dipindah ke tempat yang lebih aman.
"Hari ini mereka dipindahkan dari rumah sakit yang tak ada shelter, tak ada basement," kata Spektor kepada CNN, Selasa (1/3).
Dari jauh ia memastikan 'ibu pengganti' dan bayi kembarnya berada di tempat aman. Besok, Spektor harus memastikan mereka menerima logistik yang dibutuhkan.
Bayi-bayi lain juga dipindahkan ke rumah sakit yang aman dan memiliki perlengkapan yang lebih baik.
Di RS tempat anak Spektor lahir tak punya ruang bawah tanah. Staf harus berlarian ke seberang jalan menuju gereja tiap mendengar sirine meraung, karena tempat ibadah ini memiliki ruang bawah tanah, lanjut Spektor.
Ukraina berada dalam gempuran Rusia usai invasi yang dilakukan Moskow sejak pekan lalu.
Pertempuran dan ledakan terus terjadi di sejumlah kota, di antaranya kota terbesar Ukraina, Kharkiv dan ibu kota, Kiev. Sejak invasi dimulai, Rusia meluncurkan 400 rudal ke Ukraina namun mereka belum bisa mengendalikan kota-kota besar di Ukraina.
Invasi ini juga menimbulkan banyak korban. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) per Selasa (1/3) korban tewas mencapai 136 orang termasuk 16 anak-anak dan sekitar 560 ribu orang mengungsi.
Lihat Juga : |