Rusia mengklaim telah berhasil menguasai kota di selatan Ukraina, Kherson, pada Rabu (2/3). Namun, pemerintah Ukraina membantah klaim Moskow dan mengatakan pertempuran masih berkecamuk.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov, mengatakan bahwa pasukan Moskow berhasil mengambil alih secara penuh kota Kherson.
Ia juga mengatakan, infrastruktur sipil, fasilitas pendukung masyarakat, dan transportasi perkotaan berfungsi sebagaimana biasanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari tangkapan layar di media sosial dan video yang diperoleh CNN, terlihat militer Rusia tampak mengendalikan pusat kotaKherson.
Beberapa kendaraan militer terlihat mengaspal di sepanjang jalan di Kherson utara, kemudian diparkir di alun laun Svobody, Kherson Tengah. Namun, CNN belum bisa memverifikasi klaim Kemenhan Rusia itu.
Sementara itu, Ukraina membantah Kherson sudah jatuh ke tangan Rusia.
"Menurut info dari pasukan kami, pertempuran sedang berlangsung sekarang," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Ukraina.
Ia kemudian menegaskan, "Kota ini tidak dikuasai sepenuhnya. Beberapa bagian berada di bawah kendali kami."
Pertempuran antara pasukan Ukraina dan Rusia masih terus berlanjut di sejumlah kota. Ledakan juga masih terdengar karena Rusia terus melempar rudal.
Gejolak itu muncul usai Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengumumkan invasi ke Dobas wilayah timur Ukraina yang dikuasai kelompok separatis pada pekan lalu.
Pasukan Rusia disebut memasuki Ukraina melalui tiga sisi yakni Belarus dari utara, Crimea dari selatan, dan perbatasan Rusia dari timur.
Sejak invasi dimulai, Rusia meluncurkan 400 rudal ke Ukraina, tapi mereka belum bisa mengendalikan kota-kota besar di negara bekas pecahan Uni Soviet itu.
Invasi ini juga menimbulkan banyak korban. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), korban tewas mencapai 136 orang termasuk 16 anak-anak dan sekitar 560 ribu orang mengungsi per Selasa (1/3).
Untuk meredakan konflik, Rusia dan Ukraina sempat melakukan pembicaraan pada Senin (28/2), tapi tak menghasilkan kesepakatan gencatan senjata. Pembicaraan berlanjut di putaran kedua yang berlangsung hari ini, Rabu (2/3).
Putin bersedia mengakhiri invasi jika Ukraina bersikap netral, menghapus pengaruh Nazi dan fasisme, dan mengakui Crimea sebagai bagian dari Negeri Beruang Merah. Ukraina menganggap permintaan itu mustahil dikabulkan.
(isa/has)