1 Warga China Tertembak saat Hendak Evakuasi dari Perang Rusia-Ukraina

Salah satu warga China terluka karena tertembak saat tengah berusaha meninggalkan Ukraina demi menghindari peperangan akibat invasi Rusia.

"Seorang warga negara China terluka karena tembakan saat melakukan evakuasi mandiri pada 1 Maret malam waktu Beijing," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, seperti dikutip Reuters, Rabu (2/3).

Namun, Wang tak memberikan rincian lebih lanjut korban yang terluka itu akibat tembakan pasukan Rusia atau Ukraina. Ia hanya mengatakan korban itu tak dalam keadaan kritis.

Laporan awal soal warga China yang terluka itu sudah viral di media sosial China,Weibo, sejak Selasa (1/3). Menurut laporan media CCTV yang dikutip warganet China, orang itu tertembak saat perjalanan dari Ukraina timur menuju Kota Lviv di barat.

Lihat Juga : 7 Hari Invasi Rusia, 2.000 Warga Sipil Ukraina Tewas

Unggahan itu langsung dibanjiri komentar. Banyak warganet menyalahkan Ukraina atau keputusan pemerintah Kiev mempersenjatai warga sipil. Banyak warganet China mendukung Rusia.

"Masalahnya adalah presiden (Ukraina) mempersenjatai warga sipil," demikian bunyi komentar di unggahan tersebut. Sekitar 14 akun menyukai komentar ini.

Tak lama setelah berita itu viral, Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, meminta pemerintah Ukraina mengambil tindakan yang diperlukan guna memastikan keselamatan warganya di negara Eropa Timur itu.

Menurut data Kemenlu China, lebih dari 2.500 warganya telah dievakuasi dari Ukraina. Mereka yang masih di Ukraina memanfaatkan media sosial untuk mengungkapkan rasa takut dan kecemasan mereka di tengah gempuran Rusia.

China menolak mengecam serangan Rusia terhadap Ukraina atau menyebutnya sebagai invasi. Tak seperti negara lain, China juga tak memerintahkan warganya yang tinggal di Ukraina segera angkat kaki sebelum invasi Rusia berlangsung.

Sebelum serangan Moskow terjadi, China dilaporkan mengabaikan peringatan Amerika Serikat yang menyatakan langkah Kremlin menyerang Ukraina semakin dekat.

Namun Beijing membantah laporan itu. Wang mengatakan, pemerintah mengeluarkan peringatan keselamatan yang relevan di waktu yang tepat.