Seorang warga staf medis di Mariupol, Ukraina, menceritakan situasi krisis di kota itu kala Rusia melakukan invasi. Ia mengatakan, banyak insiden penembakan dan pengeboman terjadi di berbagai distrik Mariupol.
"Kami melihat banyak ledakan di seluruh kota di berbagai distrik Mariupol. Tentu saja, ada beberapa distrik yang lebih banyak mengalami penembakan dan hancur," ujar salah satu staf medis di Mariupol dalam transkrip rekaman yang diterima CNNIndonesia.com, Senin (7/3).
"Tapi bahkan di pusat, ada beberapa tempat yang mengalami ledakan," petugas tersebut menambahkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga menuturkan, ketersediaan air di Mariupol semakin langka.
"Tidak ada tempat yang menyediakan air. Masyarakat mencari sumber lain. Contohnya, kami melihat di salah satu flat, orang mengambil air dari sistem pemanas. Itu sudah tidak berfungsi dan mereka mengambil air dari sistem pemanas hanya untuk membersihkan tangan ataupun untuk kebutuhan yang benar-benar mendasar," katanya lagi.
Ia bercerita, ada beberapa orang mengambil air dari sistem perairan tanaman (ground sprinks). Ada pula satu truk air yang dikirimkan UNICEF tersedia di kota itu, tetapi truk ini hanya ada di satu wilayah.
Tak hanya itu, masyarakat harus melewati antrean panjang demi bisa mendapatkan air dari UNICEF ini.
Selain itu, makanan juga menjadi salah satu barang yang langka di Mariupol, membuat masyarakat kemudian memilih mengambil makanan dari toko.
"Tidak ada tempat untuk menemukan roti, dan seluruh toko, mayoritas toko dan supermarket, produknya telah diambil oleh orang yang tak bisa mendapatkan makanan," cerita staf medis ini.
"Jadi seseorang memecahkan kaca, kaca atau pintu toko, dan orang yang berada di dekatnya masuk dan mengambil beberapa makanan karena tidak ada toko yang beroperasi. Tidak ada tempat untuk membeli makanan," tuturnya lagi.
Staf medis ini juga menuturkan kegagalan pembuatan jalur evakuasi yang sempat direncanakan di Mariupol.
"Kami melihat banyak mobil di beberapa area Mariupol ditemani stiker anak-anak dan pita putih. Namun, ada informasi itu (jalur evakuasi) dibatalkan karena penembakan terus-menerus di jalan dari Mariupol ke Zaporijia," ceritanya.
Sebelumnya, Kepala Administrasi Wilayah Donetsk, Pavlo Kyrylenko sempat mengatakan pemerintah Ukraina masih belum bisa mengevakuasi warga di Mariupol karena penembakan yang dilakukan pasukan Rusia.
"Rusia mulai mengumpulkan kembali pasukan mereka dan menembaki kota dengan berat. Sangat berbahaya untuk mengevakuasi orang dalam kondisi seperti itu," ujar Kyrylenko, dikutip dari CNN.