Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris menyebut perbuatan Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap Ukraina justru akan memperkuat NATO sebagai sekutu militer Barat.
"Aliansi NATO akan lebih kuat dan Rusia semakin lemah karena ulah Putin. Ini sangat jelas menurut kami," kata Harris kepada wartawan di samping Presiden Polandia Andrzej Duda di Warsawa, Kamis (10/3).
Lihat Juga : |
Selain itu, Harris juga mendesak dunia internasional menggelar investigasi terhadap dugaan kejahatan perang yang dilakukan Rusia. Menurutnya, bombardir terhadap rumah sakit bersalin dan menyerang warga sipil tidak pernah dibenarkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentu harus ada investigasi, dan kita harus menyaksikannya. Sudah jelas bahwa di Ukraina, Rusia melakukan kejahatan perang," ujar Harris dikutip Associated Press.
Dalam kunjungannya ke Polandia, Harris menegaskan pihak AS berada di sisi Polandia untuk mengatasi krisis di Ukraina. Ia menyatakan Negeri Paman Sam ingin konflik segera berhenti.
Selain itu, Harris juga ingin menurunkan tensi akibat penolakan AS terhadap gagasan Polandia yang ingin mengirim pesawat jet tempur ke Ukraina untuk menghadapi Rusia.
Rencana Polandia mengirim jet tempur untuk Ukraina via pangkalan udara AS di Jerman dilakukan untuk menyingkirkan kesan Polandia terlibat langsung dalam konflik Rusia vs Ukraina.
Di saat yang sama, AS juga ingin menghindari konfrontasi langsung dengan Rusia.
Ukraina masih terus tertekan oleh invasi Rusia yang berlangsung sejak 24 Februari lalu.
Kantor Komisaris Tingg iPBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) mencatat setidaknya 549 warga sipil tewas sejak invasi Rusia berlangsung.
Pada Rabu lalu, Rusia dituding melakukan serangan terhadap rumah sakit bersalin dan anak-anak di Kota Mariupol, Ukraina. Serangan yang menewaskan tiga orang, termasuk seorang anak, memantik kemarahan sejumlah negara.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut serangan Rusia terhadap rumah sakit bersalin di kota Mariupol sebagai genosida.
Terlepas dari gempuran dan bombardir, militer Rusia dikabarkan masih kesulitan menembus benteng pertahanan tentara Ukraina. Rusia bahkan dilaporkan membubarkan dan memindahkan sebagian besar konvoi militernya sepanjang 64 kilometer di dekat Ibu Kota Kyiv.