5 Tanda Putin Rentan Terdongkel usai Invasi Ukraina

CNN Indonesia
Jumat, 25 Mar 2022 09:32 WIB
Ambisi Rusia menginvasi Ukraina disebut-sebut sejumlah pihak dapat menjadi bumerang bagi Presiden Vladimir Putin di pucuk kekuasaannya.
Ambisi Rusia menginvasi Ukraina disebut-sebut sejumlah pihak dapat menjadi bumerang bagi Presiden Vladimir Putin di pucuk kekuasaannya. (Foto: AP/Alexander Zemlianichenko)
Jakarta, CNN Indonesia --

Invasi Rusia ke Ukraina kini sudah berlangsung sebulan. Negara beruang merah itu belum juga berhenti membombardir Ukraina.

Ribuan korban pun terus-menerus berjatuhan. Para korban tercatat tak hanya dari pihak Ukraina, tapi juga Rusia.

NATO baru-baru ini memprediksi ada 15 ribu pasukan Rusia tewas selama invasi. Bahkan, mereka memperkirakan Rusia telah kehilangan 30-40 ribu pasukannya entah itu tewas atau terluka saat berperang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Estimasi yang kami miliki dari apa yang disampaikan Ukraina, apa yang Rusia biarkan kami ketahui, secara sengaja atau tidak, karena kesalahan terjadi saat perang, dan dari intelijen yang kami dapatkan dari sumber terbuka, kami yakin Rusia telah kehilangan 7 ribu sampai maksimal 15 ribu [pasukan]," kata salah satu pejabat NATO, Rabu (23/3.

"Secara statistik dalam konflik, saat satu tentara Anda tewas, Anda secara umum memiliki tiga tentara terluka, jadi Anda mengalaminya empat kali lipat, saya akan mengatakan ada 30 ribu hingga 40 ribu kehilangan, kehilangan karena tewas dalam aksi, terluka dalam aksi, tawanan perang menghilang, Anda tidak tahu apa yang terjadi pada tentara," kata pejabat itu.

Sejumlah laporan terkait pasukan Rusia yang kekurangan logistik hingga kehilangan arah tanpa komando yang jelas kian membuat banyak pihak yakin keputusan Presiden Vladimir Putin menginvasi Ukraina tak sejalan dengan rencana.

Beberapa pejabat Rusia bahkan mulai memperlihatkan ketidaksetujuan mereka soal keputusan Putin menginvasi Ukraina. Sejumlah pihak beranggapan ambisi agresi Rusia ke Ukraina pun bisa menjadi bu

Berikut beberapa tanda agresi Rusia mulai mengalami kemunduran yang bisa menjadi bumerang bagi Putin di pucuk kekuasaan:

1. Tangan Kanan Putin Mundur

Tangan kanan Presiden Rusia Vladimir Putin, Anatoly Chubais, mundur dari posisinya sebagai perwakilan lobi-lobi internasional. Keputusan itu diambil jelang sebulan agresi Rusia di Ukraina.

Chubais disebut langsung meninggalkan Rusia begitu menyatakan mundur. Sumber Reuters yang tak ingin diungkap identitasnya bahkan menyebut Chubais tak akan kembali lagi ke Rusia.

2. Warga Demo Putin Invasi Rusia

Warga Rusia menggelar demo menolak aksi Rusia menginvasi Ukraina. Demo itu dilakukan mulai dari warga sipil, pengusaha, oposisi, hingga media.

Salah satu tokoh terkemuka Rusia, Lisa Peskova, yang juga merupakan putri juru bicara Kremlin Dmitry Peskov turut memprotes aksi sang presiden. Melalui media sosialnya, ia mengunggah seruan "Tidak untuk Perang" sebagai tanggapannya atas situasi di Ukraina.

Rusia juga telah menahan ribuan warganya yang terang-terangan menggelar demonstrasi menentang keputusan Putin menginvasi Ukraina.

3. Oligarki Rusia Khawatir Ekonomi Anjlok

Pengusaha terkaya Rusia, Vladimir Potanin, mengaku khawatir dengan ancaman sanksi yang dilayangkan Putin. Diketahui, Putin mengancam akan menyita aset perusahaan yang melarikan diri dari negeri.

Menurut Potanin, ancaman Putin itu bisa membuat ekonomi Rusia kembali mengalami kemunduran seperti di tahun 1913.

"Konsekuensi dari langkah itu, ketidakpercayaan global terhadap Rusia dari pihak investor akan kita alami selama beberapa dekade," ujarnya dikutip dari CNN, pada Sabtu (12/3).

4. Pengusaha Rusia Buru Putin

Pengusaha Rusia Alex Konanykhin dilaporkan membuat sayembara tangkap Putin dengan hadiah senilai Rp 14,3 M. Sayembara itu dilakukan lantaran Putin dinilai sebagai penjahat perang.

"Saya berjanji membayar US$1 juta kepada petugas yang, sesuai dengan kewajiban konstitusional mereka, menangkap Putin sebagai penjahat perang di bawah hukum Rusia dan internasional," tulis Konanykhin.

5. Puluhan Ribu Warga Rusia Kabur

Puluhan ribu warga Rusia dilaporkan telah kabur mengungsi ke luar negeri. Alasanya antara protes terhadap kebijakan Presiden Vladimir Putin menginvasi Ukraina atau takut terseret konflik tersebut.

Banyak warga Rusia, terutama laki-laki, khawatir invasi ke Ukraina pada akhirnya akan mendorong pemerintah Rusia menerapkan wajib militer terhadap para warganya.

New York Times melaporkan puluhan ribu warga Rusia telah melarikan diri ke Istanbul, Turki, sejak Putin memerintahkan pasukannya menginvasi Ukraina Februari lalu.

Puluhan ribu warga Rusia lainnya melakukan perjalanan ke negara-negara seperti Armenia, Georgia, Uzbekistan, Kyrgyzstan, dan Kazakhstan sejak invasi berlangsung. Lima negara itu memang menjadi tujuan "favorit" migrasi warga Rusia.

Sebelumnya, Kremlin membantah kabar pihak berwenang bakal menerapkan kebijakan darurat militer menyusul invasi di Ukraina dan melarang pria pergi dari Rusia untuk ikut berperang.




HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER