Respons Komentar Biden, Jerman Sebut NATO Tak Berniat Gulingkan Putin

CNN Indonesia
Senin, 28 Mar 2022 10:57 WIB
Kanselir Jerman, Olaf Scholz, mengatakan NATO tak bertujuan mengubah rezim atau menggulingkan Presiden Rusia, Vladimir Putin. (Foto: via REUTERS/SPUTNIK)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kanselir Jerman, Olaf Scholz, mengatakan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tak bertujuan mengubah rezim atau menggulingkan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Pernyataan itu muncul usai ramai komentar Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, yang menyebut Putin tak lagi diizinkan berkuasa di Rusia.

"Itu bukan tujuan NATO, juga bukan Presiden Amerika Serikat (Joe Biden). Saya sudah berbicara panjang lebar dengan dia (Biden) di Gedung Putih dan kami juga telah mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan itu," kata Olaf kepada media televisi pemerintah Jerman, ARD, yang dikutip AFP pada Senin (28/3).

Scholz menilai, demokrasi, kebebasan dan keadilian punya masa depan di negara mana pun. "Namun itu untuk orang-orang yang memperjuangkan bangsa dan kebebasan," lanjut dia.

Baru-baru ini, Biden juga menanggapi komentarnya terkait Putin yang tak boleh lagi berkuasa.

Ia menegaskan tak meminta perubahan rezim di Rusia.

"Tidak," kata Biden saat ditanya mengenai permintaan pergantian rezim di Rusia dikutip CNN, Senin (28/3).

Sebelumnya, Biden menyebut Putin seorang tukang jagal dan ia tak bisa lagi berkuasa di Rusia saat menyampaikan pidato di Warsawa, Polandia, akhir pekan lalu.

"Demi Tuhan, pria ini tak bisa lagi dibiarkan berkuasa," ujar Biden.

Tak lama setelah komentar itu, salah satu pejabat Gedung Putih, mengklarifikasi pernyataan Biden tak merujuk pada perubahan rezim di Rusia.

"(Maksud Biden) Putin tak bisa diizinkan memperluas kekuasaan di negara tetangganya atau wilayah lain," jelas pejabat ini.

Sementara itu, Rusia juga buka suara mengenai 'ketidaklayakan' Putin memimpin negara itu menyusul invasi yang dilancarkan ke Ukraina.

Juru Bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan bukan keputusan Biden untuk menentukan siapa yang berhak berkuasa di Negeri Beruang Merah.

"Itu bukan Biden yang memutuskan. Presiden Rusia dipilih oleh rakyat Rusia," kata Peskov dikutip Reuters, Sabtu (26/3).

Hubungan Rusia dan Amerika Serikat semakin memanas usai ada invasi. Di masa pemerintahan Donald Trump kedua negara ini tampak akrab.

Trump terlihat beberapa kali memuji Putin. Ia bahkan menyebut presiden Rusia itu genius saat mengumumkan operasi militer di negara eks Uni Soviet.

(ans/asa/asa)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK