Kerajaan Thailand memperingatkan pembuat konten dan pemengaruh atau influencer di negara itu agar berhati-hati dalam membuat konten baik iklan atau hiburan di kanal pribadi media sosial mereka.
Pernyataan itu disampaikan pihak kerajaan yang baper atau tersinggung oleh sebuah video yang dibuat seorang pemengaruh untuk mempromosikan platform e-commerce Lazada. Konten itu dianggap menghina kerajaan.
Video tersebut menampilkan seorang wanita duduk di kursi roda dengan kostum tradisional Thailand dan memainkan peran sebagai ibu seorang influencer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para bangsawan menganggap video yang kini telah dihapus itu mengolok-olok istana. Royalis mengeluh wanita di kursi roda adalah referensi terselubung untuk anggota keluarga kerajaan.
Padahal, video tersebut tidak menggunakan bahasa yang digunakan oleh keluarga kerajaan atau menyebut salah satu anggotanya.
Dalam video yang diunggah di Facebook itu, influencer Aniwat "Nara" Prathum Thin mengatakan klip itu adalah parodi dari opera sabun Thailand yang terkenal dan mengatakan kepada para kritikus anggapan soal hinaan terhadap keluarga kerajaan hanya imajinasi mereka.
Lazada cabang Asia Tenggara dari Alibaba Group Holding 9988.HK, dalam sebuah pernyataan meminta maaf atas "kerusakan emosional" yang disebabkan oleh video tersebut dan mengatakan akan lebih berhati-hati.
Sebagai informasi, Thailand memiliki aturan yang bisa membuat seseorang dipenjara hingga 15 tahun untuk setiap pelanggaran jika terbukti bersalah mencemarkan nama baik, menghina atau mengancam Raja Maha Vajiralongkorn dan keluarga terdekatnya.
Juru bicara pemerintah Thanakorn Wangboonkongchana mengatakan konten semacam itu berisiko merusak reputasi merek.
"Mari kita peringatkan pemasar, influencer, dan pembuat konten untuk berhati-hati dalam menyajikan konten atau promosi yang merujuk pada penampilan atau individu dari institusi yang dipuja dan dicintai semua orang Thailand," kata Thanakorn dalam sebuah pernyataan.
"Ini tidak pantas dan tidak hanya akan membuat marah setiap orang Thailand di negara ini, tetapi juga merusak citra dan reputasi merek tersebut. Itu juga bisa melanggar hukum."