Parade militer pada 25 April lalu disebut menjadi biang kerok penyebaran Covid-19 di Korea Utara.
Radio Free Asia melaporkan, beberapa tentara dalam parade tersebut diketahui mendapatkan hasil positif Covid-19.
Menurut salah satu pejabat keamanan di Pyongan Utara, beberapa tentara yang ditempatkan sebagai penjaga perbatasan di Kota Sinuiju mulai merasakan gejala Covid-19 pada awal bulan ini. Kota tersebut berada di seberang Sungai Yalu, yang berbatasan dengan China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka mengalami demam tinggi dan gejala pernapasan akut, dan setelah di tes oleh pihak berwenang bagian kesehatan, dikonfirmasi bahwa mereka terinfeksi varian Omicron," kata sumber tersebut.
Sumber juga mengatakan, sebagian besar orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 di Korea Utara merupakan pekerja dan tentara yang sempat mengikuti parade militer tersebut.
"Pihak berwenang kemudian melaporkan insiden ini ke komando karantina darurat nasional, yang kemudian mengirimkan laporan tersebut sebagai laporan No.1," tutur sumber itu lagi.
Sebelumnya, sejumlah peneliti telah menduga hal yang sama. Peneliti dari Institut Unifikasi Nasional Korea yang berbasis di Seoul, Korea Selatan, Hong Ming menduga penyebaran Covid-19 di Korut berhubungan dengan parade militer 25 April lalu.
"Lebih dari 20 ribu orang bersiap untuk parade tersebut dua bulan sebelum acara dan berada di ibu kota untuk berfoto bersama Kim Jong-un," ujarnya, dikutip dari Channel News Asia.
Sementara itu, pengamat dari Institut Sejong, Cheong Seong-chang, menilai pemerintah Korut terlalu percaya diri karena mengadakan parade militer meski wabah Omicron merebak di China.
![]() |
"Menyelenggarakan parade militer yang dihadiri banyak orang, saat Omicron menyebar di negara tetangga China, menunjukkan bahwa Pyongyang terlalu percaya diri atas kemampuan mereka untuk melawan dan mencegah virus,:" kata Cheong.
Imbas temuan tersebut, pihak berwenang Korut memperketat penutupan perbatasan. Pergerakan dalam unit penjaga perbatasan juga dihentikan.
Sementara itu, pejabat penjaga keamanan lain di dekat Kota Uiju, menuturkan bahwa tentara di sana diwajibkan menggunakan masker gas untuk mencegah penyebaran virus.
Hingga Senin (16/5), sebanyak 1.213.550 kasus demam yang diduga terkait dengan Covid-19 telah tercatat di Korut. Sebanyak 51 pasien di antaranya dilaporkan meninggal dunia. Sementara itu, baru sebanyak 564.860 pasien yang mendapatkan perawatan medis.
Di tengah terus meningkatnya angka kasus Covid-19, Korut juga mengalami masalah pasokan obat. KCNA melaporkan bahwa Pemimpin Korut Kim Jong-un belum melaksanakan pemesanan obat dengan benar. Obat-obatan juga belum dipasok dengan baik ke sejumlah apotek.
Kekurangan pasokan obat itu terjadi setelah apotek tidak mengindahkan perintah untuk beroperasi selama 24 jam.
Korut sendiri dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem pelayanan kesehatan yang buruk di dunia. Korut juga tak memiliki vaksin Covid-19, obat antivirus, ataupun kapasitas untuk melakukan pengujian massal.
(pwn/asr)