Gelaran GPDRR 2022 Lahirkan 7 Rekomendasi Resiliensi Berkelanjutan

Kemkominfo | CNN Indonesia
Senin, 20 Jun 2022 17:01 WIB
Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) yang digelar di Bali pada 23-28 Mei lalu menelurkan 7 rekomendasi resiliensi berkelanjutan.
Suasana diskusi panel Global Platform For Disaster Risk Reduction ke-7 di hall Nusa Dua, BNDCC. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa).
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebanyak tujuh rekomendasi Agenda Bali untuk Resiliensi Berkelanjutan terlahir dari berbagai diskusi antar delegasi pada perhelatan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR), atau Forum Global Pengurangan Risiko Bencana, yang mengangkat tema From Risk to Resilience: Towards Sustainable Development for All in a Covid-19 Transformed World yang diselenggarakan pada 23-28 Mei 2022 di Bali.

Beragam respons positif bermunculan, baik dari dari Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Pengurangan Risiko Bencana (United Nations Office for Disaster Risk Reduction/ UNDRR), peserta delegasi yang hadir, hingga media.

Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Usman Kansong menyampaikan, bahwa Konferensi GPDRR memiliki dua hasil yang berharga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertama, menunjukkan kemampuan Indonesia untuk mengorganisir sebuah acara internasional yang akan membuat komunitas global mempercayai Indonesia sebagai tuan rumah atau penyelenggara di masa depan. Kedua adalah substansi acara, yaitu tujuh rekomendasi yang dihasilkan dari konferensi GPDRR dapat disampaikan dengan baik kepada masyarakat, sehingga mampu mendorong partisipasi publik," papar Usman.

Disampaikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto pada penutupan GPDRR, ketujuh rekomendasi tersebut mencakup pengurangan risiko bencana yang perlu diintegrasikan pada kebijakan-kebijakan utama pembangunan dan pembiayaan, legislasi, dan rencana pencapaian agenda 2030.

"Platform Global menyerukan transformasi mekanisme tata kelola risiko untuk memastikan pengelolaan risiko merupakan tanggung jawab bersama lintas sektor, sistem, skala, dan batas," kata Suharyanto.

Kedua, perubahan sistemik yang dapat memperhitungkan kerugian yang sesungguhnya dari bencana dan kerugian dari ketiadaan aksi, serta membandingkannya dengan investasi dalam pengurangan risiko bencana.

Ketiga, platform global yang diselenggarakan antara COP 26 dan 27 beberapa waktu lalu, yang mencermati tingkat emisi saat ini jauh melebihi upaya mitigasi. Platform global meminta pemerintah untuk menghormati komitmen yang dibuat pada kesepakatan di Glasgow untuk meningkatkan pembiayaan dan dukungan untuk adaptasi dan resiliensi.

Keempat, penerapan pendekatan partisipatif dan berbasis Hak Asasi Manusia (HAM) untuk memasukkan semua sesuai prinsip "Tidak ada apa-apa tentang kita, tanpa kita" dalam perencanaan risiko bencana dan implementasinya pada masyarakat yang berisiko.

"Harus ada komitmen ulang terhadap keterlibatan masyarakat dan pengurangan risiko bencana yang digerakkan oleh masyarakat serta mendukung struktur lokal yang ada dan membangun resiliensi," tutur Suharyanto.

Kelima, Platform Global memberikan rekomendasi yang dapat mendukung pelaksanaan seruan Sekretaris Jenderal PBB untuk memastikan setiap orang di muka bumi dilindungi oleh sistem peringatan dini dalam jangka waktu lima tahun ke depan.

Keenam, potensi pembelajaran transformatif dari pandemi Covid-19 harus diterapkan sebelum jendela peluang tersebut tertutup. Suharyanto menjelaskan, ada kebutuhan untuk mendorong sistem manajemen risiko bencana yang adaptif dan responsif dengan kolaborasi multipemangku kepentingan disertai dengan empati, solidaritas, kerja sama, dan semangat kesukarelaan khususnya untuk mengatasi ketidakadilan.

Terakhir, adalah pelaporan yang komprehensif dan sistematis terhadap semua target kerangka kerja Sendai untuk memahami dengan jelas tantangan dan hambatan.

Merespons hasil diskusi tersebut, Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal UNDRR, Mami Mizutori menyampaikan apresiasi atas keragaman yang ada selama konferensi GPDRR di Bali.

Mizutori mengaku bangga, bahwa jumlah peserta penyandang disabilitas meningkat dua kali lipat dari pertemuan sebelumnya. Untuk itu, dia menyampaikan terima kasih kepada Indonesia. Menurutnya, hal ini akan menjadi salah satu warisan indah dari GPDRR Bali.

"Saya sangat bangga bahwa Platform Global ini benar-benar mencerminkan pendekatan seluruh masyarakat dari Kerangka Sendai, dan kami memiliki orang-orang dari, tentu saja, dari seluruh dunia," ujar Mizutori.

(osc)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER