Jakarta, CNN Indonesia --
Hubungan antara China dan Taiwan semakin memanas setelah pemerintah Tiongkok itu mulai menggelar latihan militer bersenjata di sekitar garis median Selat Taiwan.
Garis median Selat Taiwan merupakan garis tak resmi yang membelah Selat Taiwan menjadi dua sisi, Taiwan dan China. Garis ini ditetapkan dalam perang dingin untuk mengurangi risiko bentrok antara Taiwan dan China.
China menggelar latihan besar-besaran ini beberapa hari setelah kunjungan kontroversial Ketua Dewan Perwakilan Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi. Bahkan, China juga sempat meluncurkan rudal balistik Dongfeng di perairan dekat Taiwan yang membuat Taiwan tertekan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir oleh AFP, Minggu (7/8), berikut beberapa hal yang perlu diketahui terkait konflik antara China dan Taiwan.
Apakah China Mampu Memblokir Taiwan?
Perbatasan Selat Taiwan merupakan area vital yang digunakan sebagai jalur lintasan untuk pengiriman peralatan militer kepada pasukan Taiwan maupun sekutu AS yang datang untuk membela.
Dengan China mengadakan latihan bersenjata di kawasan tersebut, akses untuk pengiriman peralatan dapat diblokir oleh pasukan China.
Tak hanya itu, perbatasan tersebut otomatis dijajah oleh armada China yang dilengkapi sejumlah kendaraan perang milik China, seperti kapal perang, jet hingga drone dengan dalih latihan militer.
Hal tersebut mensinyalir kemampuan China untuk memblokir akses ke seluruh pulau dengan mencegah keluar-masuknya kapal dan pesawat, baik komersil maupun militer.
Analis menilai taktik tersebut sebagai salah satu strategi pilihan China untuk mengantisipasi perang untuk mengambil alih Taiwan.
Pengamat keamanan Sekolah Pascasarjana Angkatan Laut AS di California Christopher Twomey mengatakan pemerintah China sedang menunjukkan kekuatan militer mereka dengan menggelar latihan yang dapat mengancam keamanan Taiwan.
"Krisis ini menandakan bahwa China memiliki kemampuan untuk mengulangi dan mengintensifkan aksi serupa sesuka hati," kata Sarjana Keamanan di Sekolah Pascasarjana Angkatan Laut AS di California Christopher Twomey.
Meski begitu, kemungkinan besar China tidak akan berani mengambil risiko dengan membuat kegaduhan di kawasan Selat Taiwan. Sebab, kondisi ekonomi China yang belum sepenuhnya pulih membuat mereka berpikir dua kali sebelum membentuk blokade.
"Tetapi mempertahankan (blokade) akan sangat mahal, baik untuk reputasi China dan biaya langsung untuk militernya," ujar Twomey.
Apakah militer China siap tempur?
Walaupun saat ini kekuatan militer China belum setara dengan militer AS, China terus mengembangkan angkatan bersenjatanya di berbagai medan, mulai dari laut, luar angkasa, hingga udara.
Menurut Pentagon, China bertujuan untuk memiliki kemampuan militer yang sama kuatnya dengan AS pada 2027 agar dapat mengatasi setiap ancaman untuk merebut kembali Taiwan.
Pakar Angkatan Laut di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam di Singapura Colin Koh mengatakan dengan diadakannya latihan militer di sekitar Taiwan, Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) menunjukkan seberapa jauh reformasi militer China berkembang sejak krisis Selat Taiwan terakhir pada 1995-96
"[Latihan militer China] menunjukkan kemampuannya untuk menarik atau menguasai berbagai kemampuan yang lebih besar", katanya.
"Setidaknya aset nyata yang mereka letakkan di lapangan, serta kemampuan mereka untuk melakukan latihan dalam skala ini, memang menunjukkan bahwa mereka jauh lebih mampu daripada dulu di tahun 1990-an."
Sejak awal, warga Taiwan mengetahui ada risiko terjadinya invasi oleh tetangga mereka China, tetapi sejak masa kepemimpinan agresif Presiden China Xi Jinping, risiko tersebut meningkat.
Belakangan ini Negeri Tirai Bambu telah berhenti mengimpor buah dan ikan dari Taiwan. Hal itu secara langsung berdampak buruk pada ekonomi Taiwan dalam langkah yang menurut para analis dirancang khusus untuk melemahkan dukungan dari blok suara utama untuk pemerintah pro-independen.
China juga menjatuhkan sanksi pada perusahaan yang menyumbang dana bantuan pembangunan kepada pemerintah Taiwan, mengakhiri apa yang disebut sebagai "diplomasi buku cek" Taiwan dengan sekutu.
Namun, China bertujuan untuk menjaga manuver militer dan ekonominya di bawah ambang perang untuk menghindari konfrontasi langsung dengan AS
"Saya pikir ketegangan yang berkepanjangan tidak mungkin terjadi," kata Direktur Program Asia di German Marshall Fund Bonnie Glaser.
"Tapi tentu saja krisis besar akan mempengaruhi pengiriman, tarif asuransi, rute perdagangan, dan rantai pasokan (global)."
Meski China belum berani melaksanakan blokade penuh, kemungkinan China menggelar latihan militer di Selat Taiwan dalam beberapa waktu ke depan dinilai memiliki potensi tinggi.
Sebelumnya, China secara berkala mengirim kapal perang atau pesawat melintasi garis tengah Selat Taiwan yang membuat ketegangan tinggi. Namun kunjungan Pelosi telah memberikan mereka alasan untuk secara sah melakukan latihan di Selat Taiwan lebih sering ke depannya.
"Ini akan menjadi hal normal untuk melakukan latihan yang dekat dengan pulau utama Taiwan itu sendiri, kali ini telah menetapkan kondisi baru, bahwa PLA akan melakukan latihan semacam ini," ujar Koh.
"Kami melihat standar dinaikkan ke level lain untuk latihan di masa depan dengan skala dan intensitas ini."
Bagaimana hubungan Amerika Serikat dan China?
Imbas kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi, China telah mengumumkan pembatalan beberapa kerja sama antara pemerintah China dan AS.
Kementerian Luar Negeri China membatalkan jadwal sambungan telepon dan pertemuan antara pemimpin pertahanan Beijing dan Washington. Beijing juga membatalkan pertemuan angkatan laut tahunan AS-China di bawah mekanisme konsultasi maritim keduanya.
Juru bicara Kemlu China Hua Chunying juga menuturkan penangguhan kerja sama terkait repatriasi imigran ilegal antara AS dan China. Tak hanya itu, negara itu pun menghentikan pemberian bantuan terkait isu kriminal dan kejahatan transnasional.
China juga menangguhkan kerja sama anti-narkoba dan pembicaraan penanganan perubahan iklim dengan Amerika Serikat, dikutip dari CNN.
Analis keamanan berbasis Beijing Tian Shichen mengatakan kepada media milik pemerintah China Global Times bahwa pemutusan hubungan antara China dan AS berpotensi meningkatkan risiko konflik.
Ia pun menyalahkan AS sebagai pihak yang membuat komunikasi antara kedua negara kekuatan besar itu putus.
"Saat ini, hampir semua saluran mekanisme komunikasi antara militer China dan AS terputus, meningkatkan kemungkinan kesalahpahaman dan insiden tak terduga, yang semuanya menjadi tanggung jawab AS," kata Tian.
Bahkan, Glaser menyebut saat ini hubungan antara China dan AS sudah mencapai titik terendah.
"Ini adalah momen dalam hubungan AS-China di mana kita benar-benar berada pada titik yang sangat rendah," kata Glaser dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington DC.
"Saya berharap kedua pemerintah kita akan menemukan solusi untuk membicarakan, garis merah mereka, keprihatinan mereka dan mencegah hubungan yang semakin terpuruk."
Saat ini, China dikabarkan akan mengakhiri latihan militer di sekitar perairan Taiwan hari ini, Minggu (7/8). Latihan militer tersebut telah berlangsung beberapa hari setelah Ketua DPR AS Nancy Pelosi berkunjung ke Taiwan.
Kementerian Transportasi Taiwan mengatakan enam dari tujuh 'zona bahaya sementara' yang dihindari maskapai penerbangan berhenti berlaku pada Minggu siang. Sehingga menandakan penarikan pelatihan.
Sementara itu, peringatan China di zona ketujuh, yakni di perairan timur Taiwan masih tetap berlaku hingga pukul 10.00 waktu setempat pada Senin (8/8).