Pemimpin terakhir Uni Soviet, mendiang Mikhail Gorbachev, dilaporkan sempat syok dan terguncang akibat invasi Rusia ke Ukraina beberapa bulan sebelum meninggal dunia.
Seorang penerjemah Gorbachev, Pavel Palazhchenko, mengatakan psikologis Gorbachev juga terus terguncang dalam beberapa tahun terakhir gara-gara hubungan Rusia-Ukraina yang terus memburuk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bukan hanya operasi (militer khusus) yang dimulai pada 24 Februari, tetapi seluruh evolusi hubungan antara Rusia dan Ukraina dalam beberapa tahun terakhir benar-benar merupakan pukulan besar baginya (Gorbachev). Itu benar-benar menghancurkannya secara emosional dan psikologis," ucap Palazhchenko kepada Reuters dalam wawancara eksklusif pada Kamis (2/9).
"Sangat jelas bagi kami dalam percakapan kami dengannya bahwa dia terkejut dan bingung dengan apa yang terjadi (setelah pasukan Rusia menginvasi Ukraina) karena berbagai alasan. Dia (Gorbachev) tidak hanya percaya pada kedekatan orang-orang Rusia dan Ukraina, dia juga percaya bahwa kedua negara ini berbaur akrab," papar penerjemah Gorbachev selama 37 tahun itu menambahkan.
Gorbachev meninggal dunia di usia 91 pada Selasa pekan ini akibat penyakit yang tidak dijelaskan. Palazhchenko menuturkan eks bosnya itu memiliki keluarga di Ukraina.
Ayah mertua Gorbachev dari istrinya yang sudah lama meninggal dunia, Raisa, juga berasal dari Ukraina.
Selama menjabat sebagai pemimpin Uni Soviet pada 1985, Gorbachev mencoba mempertahankan keutuhan 15 republik Soviet, termasuk Ukraina, dengan menerapkan berbagai reformasi yang mengubah negara komunis itu menjadi lebih terbuka.
Namun, kebijakan reformasi Gorbachev justru menjadi bumerang yang mendorong belasan republik Soviet menuntut kemerdekaan.
Palazhchenko mengatakan sosok Gorbachev sangat rumit bagi bangsa Rusia. Masih banyak kaum dan pejabat, termasuk Presiden Vladimir Putin, menganggap Gorbachev merupakan pemimpin yang gagal mempertahankan kesatuan Uni Soviet.
Gorbachev diidolakan oleh negara Barat karena membiarkan negara Eropa Timur lepas dari kendali Soviet. Namun, ia tidak dicintai di negaranya karena dianggap memicu kekacauan hingga akhirnya Uni Soviet runtuh.
Rusia juga menetapkan pemakaman Gorbachev tidak akan digelar secara kenegaraan. Padahal, pemakaman beberapa pemimpin Uni Soviet seperti Vladimir Lenin, Josef Stalin dan Leonid Brezhnev digelar secara kenegaraan di aula dekat Istana Kremlin.
Namun, menurut Palazhchenko, Gorbachev merupakan politikus yang masih percaya pada gagasan Uni Soviet.
"Tentu saja di dalam hati dan mentalnya dan kebanyakan orang serta generasi politiknya masih berimajinasi sebuah negara yang mencakup sebagian besar bekas Uni Soviet," kata Palazhchenko.
"Tapi dia (Ghorbachev) tidak akan mengorbankan perang untuk memulihkan negaranya (Soviet) yang sekarang sudah mati. Tentu saja saya tidak bisa membayangkan dia mengatakan 'Ini waktunya, saya akan melakukan apa pun untuk memaksakan kehendak'. Tidak," paparnya lagi.
Putin melancarkan invasi ke Ukraina sejak 24 Februari lalu dengan dalih menyelamatkan warga negara eks Soviet itu dari genosida dan persekusi. Ia mengklaim warga Ukraina, terutama yang berbahasa Rusia, menerima persekus tanpa bukti yang nyata.
Putin juga beralasan invasi Rusia ke Ukraina dilakukan demi denazifikasi.