Covid Belum Usai, India Digegerkan Wabah Baru Superbug

CNN Indonesia
Kamis, 13 Okt 2022 19:14 WIB
RS di India mencatat sudah ada 1.000 pasien yang terjangkit infeksi superbug yang dipicu oleh resistensi terhadap antibiotik.
RS di India mencatat sudah ada 1.000 pasien yang terjangkit infeksi superbug yang dipicu oleh resistensi terhadap antibiotik. (Foto: AFP/NOAH SEELAM)
Jakarta, CNN Indonesia --

Belum selesai dunia menghadapi Covid-19, kini India digegerkan lagi dengan infeksi penyakit baru yang disebut superbug.

Hal ini pertama kali dilaporkan oleh dokter di Rumah Sakit Kasturba, negara bagian Maharashtra, India barat. Di RS Kasturba sendiri, sudah ada 1.000 tempat tidur yang terisi akibat penyakit ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Superbug merujuk ke infeksi kuman super, bakteri dan jamur, yang resisten terhadap obat, termasuk antibiotik umum. Padahal antibiotik umum, dianggap sebagai garis pertahanan pertama melawan infeksi parah.

Berdasarkan laporan Riset Medis Dewan India (ICMR) terkait daya tahan antimikroba (AMR), fenomena ini salah satunya disebabkan oleh penyalahgunaan antibiotik yang merajalela.

Resistensi antibiotik di India memang meningkat hingga 10 persen dan fenomena ini telah diwanti-wanti ilmuwan dan ahli medis karena dapat memicu bencana penyakit jika tidak diantisipasi.

[Gambas:Video CNN]

"Level daya tahan meningkat ke lima ke sepuluh persen setiap tahun dalam spektrum luas antimikroba, yang seringkali disalahgunakan," ujar peneliti laporan ICMR, Kamini Walia, dikutip dari Telegraph.

"Daya tahan terhadap antibiotik memiliki potensi berubah menjadi pandemi di masa depan jika kebijakan untuk mengatasinya tak dilakukan dengan cepat," lanjutnya.

Sebagaimana diberitakan Telegraph, dalam laporan tersebut, diketahui hanya 43 persen infeksi pneumonia di India dapat diobati menggunakan antibiotik lini pertama pada 2021. Angka tersebut menurun dari 65 persen pada 2016.

Tak hanya itu, infeksi tuberkulosis (TBC) meningkat hingga 19 persen pada 2021. Sebagian besar disebabkan karena infeksi yang timbul akibat daya tahan pada beberapa obat.

Pada 2031, India diprediksi tak mampu merawat 85 persen kasus TBC di negara dengan obat-obatan biasa.

"Kita dapat secara mutlak melihat pandemi yang disebabkan oleh infeksi AMR di India. Ini kemungkinan dapat terjadi pada tahun depan, atau lebih dari dua dekade ke depan," kata direktur lembaga think-tank kesehatan masyarakat One Health Trust, Ramanan Laxminarayan.

"Infeksi bakteri merupakan pembunuh terbesar pada awal abad 20-an, dan kita berisiko kembali ke masa tersebut, di mana tak ada antibiotik yang efektif dan infeksi dapat menyebar luas," tuturnya.

BBC sempat mengangkat kasus pasien yang memiliki daya tahan terhadap antibiotik di Rumah Sakit Kasturba, negara bagian Maharashtra, India.

Rumah sakit itu sempat melakukan tes untuk mengetahui antibiotik apa yang paling efektif dalam mengalahkan lima patogen bakteri utama. Salah satu bakteri itu adalah E.coli.

Berdasarkan tes tersebut, para dokter menemukan beberapa antibiotik utama yang digunakan hanya memiliki keefektifan kurang dari 15 persen untuk menyembuhkan infeksi yang disebabkan bakteri tersebut.

"Mengingat hampir seluruh pasien kami tak mampu membeli antibiotik yang lebih tinggi, mereka berhadapan dengan risiko kematian kala mereka mengalami pneumonia yang membutuhkan ventilator di unit gawat darurat [ICU]," kata Dr. SP Kalantri, yang merupakan pengawas medis rumah sakit.

Dokter di rumah sakit tersebut juga menilai daya tahan terhadap antibiotik menyebar luas kepada pasien dari desa dan kota kecil yang sempat memiliki penyakit pneumonia atau infeksi saluran kemih.

Banyak dari mereka tak membawa resep dokter dan tak mengingat obat yang diberikan dokter sebelumnya, banyak petugas kesehatan sulit mendapatkan rekaman paparan pasien terhadap antibiotik.

Pakar kesehatan masyarakat juga percaya bahwa banyak dokter di India meresepkan antibiotik tanpa pandang bulu. Ini menjadi salah satu alasan tumbuhnya daya tahan terhadap antibiotik.

(pwn/rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER