Amerika Serikat mewanti-wanti Australia jangan ikut-ikutan mendukung perjanjian larangan senjata nuklir.
Berita lainnya adalah daftar kepala negara di dunia yang memastikan akan hadir di Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali, 15-16 November.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut berita 24 jam terakhir yang dirangkum dalam Kilas Internasional pagi ini:
Amerika Serikat mewanti-wanti Australia agar tidak ikut-ikutan menyetujui perjanjian pelarangan senjata nuklir.
Ratusan negara diketahui membuat perjanjian yang mengatur pelarangan senjata nuklir dengan tujuan pelucutan total senjata tersebut. Perjanjian itu dibuat pada 2017 dan mulai berlaku sejak 22 Januari 2021.
Menurut AS, perjanjian itu hanya menghambat kebijakan pertahanan antara AS dan sekutunya, termasuk Australia. Menurut Washington, pakta tersebut bisa menggagalkan perjanjian pertahanan baru antara AS, Australia, dan Inggris yang dinamakan AUKUS.
"Amerika Serikat memahami dan memiliki kepentingan yang sama untuk memajukan tujuan pelucutan senjata nuklir, tapi kami tidak mendukung perjanjian tentang larangan senjata nuklir," kata juru bicara Kedutaan Besar AS di Canberra kepada The Guardian, Rabu (9/11).
Sejak Juni 2017, Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS) telah menjalankan roda pemerintahan sebagai pemimpin de facto untuk membantu ayahnya, Raja Salman, yang semakin menua.
Selama memimpin, MbS banyak menangkap keluarganya sendiri dengan berbagai alasan, mulai dari korupsi hingga dugaan merencanakan makar.
Sejumlah kepala negara sudah menyatakan konfirmasi hadir di KTT G20 di Bali pada 15-16 November.
Kepala negara itu antara lain Presiden AS Joe Biden, Presiden China Xi Jinping, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman.
Ada pula PM Inggris Rishi Sunak dan PM India Narendra Modi yang bakal hadir dalam KTT G20 di Bali.
(tim/bac)