Bagaimana Arab Saudi Menentukan Calon Raja?

CNN Indonesia
Kamis, 10 Nov 2022 07:34 WIB
Pangeran Mohammed bin Salman ditunjuk langsung Raja Salman sebagai Putra Mahkota Arab Saudi. (AFP PHOTO / Fayez Nureldine)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejak 2017, Raja Salman menunjuk putranya, Pangeran Mohammed bin Salman (MbS), sebagai putra mahkota Arab Saudi menggantikan keponakannya, Pangeran Mohammed bin Nayef.

Sejak saat itu pula, MbS mencoba mengkonsolidasi posisinya dengan menangkap dan menahan keluarganya yang berpotensi menjadi pesaing di masa mendatang. Setidaknya lebih dari 20 pangeran dan putri kerajaan telah ditangkap oleh MbS.

Lantas, bagaimana sebenarnya cara menentukan Raja Arab Saudi?

Elliott House, seorang jurnalis pemenang hadiah Pulitzer yang telah bepergian ke Kerajaan Saudi selama 30 tahun dan bertemu banyak bangsawan, mengatakan tidak ada hukum tertulis yang mengatur pemilihan raja Saudi di masa depan.

Menurut dia, raja dan sebagian kecil pendukung pangeran dengan posisi kuat bertemu diam-diam untuk merundingkan dan memutuskan seorang putra mahkota.

"Tidak ada yang sepenuhnya yakin bagaimana, dan [apa] kualifikasi yang dapat diketahui bahwa dia, pada dasarnya, berdasarkan usia, menjadi yang paling kompeten untuk memerintah," ujar House, seperti dikutip VOA, Rabu (9/11).

Akan tetapi, dalam upaya mencegah transisi yang berpotensi "bergelombang", Raja Abdullah selaku raja keenam Saudi membentuk Dewan Kesetiaan pada 2006. Dewan itu berfungsi memfasilitasi perpindahan kekuasaan kerajaan.

Apabila ada raja yang meninggal, dewan bertanggung jawab untuk menunjuk raja baru.

Raja memiliki 10 hari untuk memberitahu dewan siapa yang diinginkan menjadi putra mahkota. Raja juga diizinkan untuk menyebut paling banyak tiga calon penerus.

Jika di antara calon itu tidak ada yang sesuai dengan keinginan dewan, para anggota dewan dapat mengajukan alternatif.

Namun yang jadi masalah, keberadaan dewan itu kerap kali diabaikan.

"Sudah menjadi sifat Kerajaan Saudi bahwa siapapun yang menjadi raja dapat melakukan apa pun yang dia inginkan," kata Simon Henderson, seorang Baker Fellow dan Direktur Program Teluk dan Energi di Institut Washington untuk Kebijakan Timur.

Mengenai dewan ini, pada 2020, MbS pernah menangkap salah satu anggotanya yakni Pangeran Mohammed bin Saad. Penangkapan itu dilakukan dalam operasi 'bersih-bersih' yang diusung MbS.

Dapat diartikan, posisi MbS saat ini sangat berpeluang jadi satu-satunya calon penerus takhta Kerajaan Saudi setelah ayahnya.

(blq/bac)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK