Kyiv meminta akses ke lokasi ledakan mematikan di desa Polandia setelah Barat mengatakan ledakan di sana kemungkinan disebabkan pertahanan udara Ukraina.
"Ukraina meminta akses segera ke lokasi ledakan," kata Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Oleksiy Danilov di Twitter, seperti diberitakan AFP, Rabu (16/11).
Tak hanya itu, ia juga menegaskan bahwa Ukraina mengantongi dan siap menyerahkan bukti atas pernyataan bahwa ledakan tersebut merupakan aksi dari Rusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semua bermula ketika rudal jatuh di Przewodow, kawasan timur Polandia yang hanya berjarak 12 kilometer dari perbatasan Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melalui media sosialnya menuding ledakan yang dilaporkan menewaskan dua orang tersebut disebabkan serangan rudal Rusia.
Namun, Kementerian Pertahanan Rusia membantah tudingan telah menembakkan rudal ke Polandia yang berbatasan dengan Ukraina. Moskow menyebut tudingan itu provokasi untuk meningkatkan ketegangan.
"Media massa dan pejabat Polandia melakukan provokasi yang disengaja untuk meningkatkan situasi dengan pernyataan mereka tentang dugaan dampak roket Rusia di Przewodow (dekat perbatasan Ukraina)," kata kementerian pertahanan Rusia dalam pernyataan yang diunggah online.
"Tenaga senjata Rusia tidak melancarkan serangan di daerah antara perbatasan Ukraina dan Polandia," tambahnya, seperti diberitakan AFP, Selasa (15/11).
AS dan negara Baratnya kala itu tak bisa langsung mengonfirmasi serangan rudal tersebut berasal dari Rusia.
Hingga beberapa jam setelah kejadian, salah satu pejabat AS menyampaikan dugaan awal ledakan itu bukan disebabkan Rusia, melainkan diakibatkan pasukan Ukraina yang tak sengaja menembakkan rudal ke Polandia.
Pasukan Ukraina itu disebut bermaksud menembak rudal Rusia yang masuk ke Ukraina, namun menyasar ke wilayah Polandia.
Oleh sebab itu, Danilov meminta perwakilan dari dinas perbatasan Ukraina dan Kementerian Pertahanan untuk dapat mengakses situs tersebut dan berpartisipasi dalam "pemeriksaan bersama atas insiden tersebut."
Di sisi lain, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menegaskan bahwa Rusia merupakan pihak yang seharusnya disalahkan terkait salah sasaran rudal Ukraina yang menewaskan dua orang itu.
Rudal Ukraina diduga salah sasaran setelah ditembakkan untuk menghalau rudal-rudal dari Rusia yang membombardir negara tersebut.
"Ini bukan salah Ukraina. Rusia yang tetap bertanggung jawab karena melanjutkan perang ilegal menyerang Ukraina," demikian ujar Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, usai rapat darurat di Brussel, Rabu (16/11) seperti dikutip dari Reuters.
Stoltenberg kemudian mengatakan bahwa tak terbukti ada kesengajaan dari pihak Ukraina sehingga rudalnya menyasar ke Polandia.
Senada dengan Stoltenberg, Presiden Polandia Andrzej Duda mengatakan bahwa kemungkinan rudal yang menghantam negaranya berasal dari sistem pertahanan udara Ukraina.
"Berdasarkan informasi bahwa kami terima, itu merupakan rudal S-300 era Uni Soviet. Sebuah rudal tua dan tak ada bukti bahwa itu diluncurkan dari pihak Rusia," tutur Duda.
Dengan demikian, Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki menegaskan negaranya tak perlu mengaktifkan Pasal 4 Kesepakatan NATO.
Pasal tersebut berisi bahwa NATO berhak melakukan serangan terhadap pihak atau negara yang terbukti menyerang anggota mereka. Setiap anggota pun berhak meminta tindakan itu kepada NATO.
(afp/chri)