Siswa Pria Walk Out dari Kelas Protes Taliban Larang Perempuan Kuliah

CNN Indonesia
Jumat, 23 Des 2022 07:19 WIB
Puluhan dosen hingga mahasiswa laki-laki di sejumlah universitas Afghanistan walk out dari kelas sebagai protes terhadap Taliban soal larangan perempuan kuliah. (AP/Ebrahim Noroozi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Puluhan dosen dan mahasiswa laki-laki di beberapa universitas Afghanistan melakukan aksi walk out dari ruang kelas sebagai bentuk protes terhadap rezim Taliban yang melarang perempuan berkuliah.

"Saya tidak ingin terus bekerja di suatu tempat di mana ada diskriminasi terorganisir terhadap perempuan lugu dan berbakat di negara ini oleh mereka yang berkuasa," kata seorang profesor Universitas Kabul, Obaidullah Wardak, melalui Twitter pada Rabu (21/12).

"Larangan pendidikan terhadap perempuan tidak adil dan tidak bermoral," paparnya lagi.

Wardak bahkan mengundurkan diri sebagai dosen di Univeristas Kabul sebagai bentuk protes lebih lanjutnya terhadap rezim Taliban.

Sebuah unggahan kelompok Pengawas Perdamaian Afghanistan di media sosial juga menunjukkan banyak siswa laki-laki keluar dari kelas mereka sebagai bentuk protes terhadap larangan Taliban tersebut.

Dikutip The Straits Times, rekaman video lainnya menunjukkan para mahasiswi di sebuah kampus menangis di dalam kelas ketika mendengar tentang larangan kuliah itu dari dosen mereka.

Sejumlah perempuan bahkan menggelar protes di Kabul usai Taliban melarang perempuan mengakses pendidikan di perguruan tinggi, Kamis (22/12).

Sekitar 30 perempuan turun ke jalanan ibu kota sambil mengenakan hijab dan masker. Para perempuan itu juga berteriak memprotes kebijakan baru Taliban.

"Mereka mengusir perempuan dari kampus-kampus. Wahai, orang-orang terhormat, dukung, dukung hak untuk semua orang atau tidak sama sekali," teriak para pedemo di Kabul, seperti dikutip AFP.

Para perempuan itu berkumpul di depan Universitas Kabul. Mereka lalu pindah lokasi usai pihak berwenang mengerahkan pasukan keamanan.

Media lokal melaporkan pasukan Taliban bahkan memukul pengunjuk rasa dengan tongkat dan cambuk. Aparat juga dilaporkan menahan lima pedemo bersama dengan dua wartawan yang meliput acara tersebut.

Salah satu mahasiswi studi jurnalistik di Universitas Herat yang ikut berdemo menganggap kaum perempuan Afghanistan sudah mati sejak Taliban berkuasa.

"Perempuan Afghanistan adalah orang-orang yang mati, mereka menangis darah," kata Durani.

"Saya takut mereka [Taliban] akan segera mengumumkan perempuan dilarang bernapas," katanya menambahkan.

Pada Selasa pekan ini, Menteri Pendidikan Tinggi Afghanistan versi Taliban menyerukan seluruh kampus negeri dan swasta agar melarang perempuan hadir di kelas.

Kebijakan baru itu menuai kecaman dari komunitas internasional dan negara lain.

Negara mayoritas Muslim seperti Indonesia, Turki, Qatar, Uni Emirat Arab hingga Arab Saudi ramai-ramai mengutuk aturan Taliban.

Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, sampai-sampai mengatakan kebijakan baru Taliban tak sesuai ajaran Islam dan tak manusiawi

"Larangan ini tidak Islami dan manusiawi. Ini tidak benar, Insya Allah [Taliban] akan mencabut keputusan ini," kata Cavusoglu, seperti dikutip AFP.

Sejak mengambil alih Afghanistan, Taliban kembali menerapkan hukum syariat Islam versi kelompok itu dengan ketat. Sebagian besar aturan syariat versi Taliban itu menargetkan hak-hak kaum perempuan.

Beberapa aturan itu di antaranya melarang perempuan bekerja, melarang perempuan olahraga di ruang publik, hingga mewajibkan perempuan bepergian dengan wali.

(isa/rds)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK