Seruan Paus Fransiskus di Hari Natal: Akhiri Perang Rusia-Ukraina

CNN Indonesia
Minggu, 25 Des 2022 22:05 WIB
Paus Fransiskus memegang bendera Ukraina pada April 2022 silam. (AFP/ANDREAS SOLARO)
Jakarta, CNN Indonesia --

Paus Fransiskus menyerukan agar perang 'tidak masuk akal' di Ukraina segera berakhir dalam pesan Hari Natal yang ia sampaikan dan disiarkan ke seluruh dunia, Minggu (25/12).

Pesan perdamaian itu disampaikan pemimpin gereja Katolik dunia itu di depan ribuan orang yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Mengutip dari AFP, beberapa dari  mereka yang hadir di lapangan itu tampak memegang bendera Ukraina.

"Saudara dan saudari Ukraina kami yang mengalami Natal ini dalam kegelapan dan dingin, jauh dari rumah mereka," kata Paus.

"Semoga Tuhan mengilhami kita untuk menawarkan gerakan solidaritas yang nyata untuk membantu semua orang yang menderita, dan semoga dia mencerahkan pikiran mereka yang memiliki kekuatan untuk membungkam gemuruh senjata dan segera mengakhiri perang yang tidak masuk akal ini!" imbuhnya.

Paus telah menyerukan perdamaian di Ukraina sejak Rusia menginvasi negara tetangganya itu pada Februari lalu. Namun seruan itu menuai kritik sebab dia mempertahankan dialog yang rumit dengan Moskow--pusat pemerintahan Rusia.

Sejumlah kalangan menilai Paus tidak secara eksplisit menyalahkan Presiden Rusia Vladimir Putin atas perang dengan Ukraina.

Dalam suatu wawancara majalah yang terbit bulan lalu, kecaman Paus asal Argentina itu memicu protes resmi dari Rusia.

Pada Natal 2022 ini, Paus juga menyerukan mereka yang merayakan Natal untuk mengingat mereka yang kelaparan. Sementara makanan dalam jumlah besar setiap hari terbuang percuma dan sumber daya dihabiskan untuk senjata.

"Pada hari ini, mari kita belajar dari Raja Damai (Kristus) dan, dimulai dari mereka yang memegang tanggung jawab politik, berkomitmen untuk membuat makanan semata-mata sebagai alat perdamaian," ucap Paus.

Seruan damai menjadi fokus pesan Paus pada Natal 2022 ini.

Paus turut menyebut beberapa negara lain yang umat Kristiani-nya merayakan Natal dalam kondisi sulit naik karena konflik atau krisis lain. Dia menyebut Afghanistan,Yaman, Suriah, Myanmar, konflik Israel-Palestina, Libanon, dan Haiti.

(thr/kid)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK